Apabila seseorang mandi (biasa) tapi ia berniat sekalian untuk mengangkat hadats (hadats kecil mau pun besar) dari dirinya, maka mandinya itu insya Allah di anggap Sah tanpa perlu berwudhu lagi.
Referensi:
1. https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1411700005652501&id=100004375447627
2. https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1411800442309124&id=100004375447627
Simak penjelasan videonya di sini: https://youtu.be/1Ec-YavS6us
-Transkrip, Kata Syaikh-:
Beliau bertanya: apakah mandi itu sudah mencukupi seseorang untuk tidak berwudhu, atau tetap wajib wudhu?
- Adapun jika mandinya itu mandi janabah atau mandi jum'at, jadi ada sebab (yang membuatnya wajib mandi janabah)
Dalam keadaan ini para Ulama sepakat bahwa mandinya itu mencukupi dari wudhu (tidak perlu berwudhu lagi)
- jika mandinya itu memiliki sebab, seperti junub, atau mau shalat jum'at dan yang lainnya, dalam keadaan ini mandinya itu mencukupi dari wudhu (tidak perlu berwudhu lagi), berdasarkan ijma' para ulama. Dan bersamaan dengan hal itu para ulama mensunnahkan baginya untuk berwudhu sebelum mandi. Sebagaimana dalam petunjuk Nabi Muhammad -shalallahu 'alaihi wa sallam- jika dia tidak berwudhu sebelum mandi, itu pun juga sudah mencukupinya dari berwudhu.
- sesungguhnya perselisihan para Ulama adalah berkenaan dengan mandi (biasa), bukan janabah atau jum'ah, seperti seseorang yang mandi karena kebiasaan saja, atau hanya untuk membersihkan keringat. Misalnya dia sore hari mandi, membersihkan diri, dan dia niatkan untuk mengangkat hadats dengan mandi tersebut, dalam hal ini para ulama berselisih, mereka berkata mandi ini tidak memiliki sebab, tidak ada yang menyebabkan mandi, baik itu janabah atau jum'ah, dari sini para ulama berselisih apakah itu mencukupkan dari wudhu atau tidak, dan yang shahih adalah mencukupmkan dari wudhu, mereka berkata bahwa barangsiapa yang membasahi seluruh badannya dengan air, maka tidak perlu berwudhu lagi, terlebih lagi untuk orang yang berpendapat seperti Imam Malik dan Abu Hanifah, bahwasanya tertib bukan syarat dari wudhu.
- Jadi yang shahih bahwa mandinya telah mencukupkan dia dari wudhu (tidak perlu wudhu lagi).
- Sebagianulama berpendapat bahwa itu tidak mencukupkan dari wudhu, jadi dia tetap harus berwudhu.
- Sedangkan yang benar adalah mandi itu mencukupkan dari berwudhu, karena perkara ini termasuk dalam bab masuknya perkara kecil ke dalam perkara besar, yaitu wudhu maduk ke dalam mandi.
Jadi yang shahih adalah bahwa mandi itu mencukupkan wudhu, meskipun tidak ada sebab yang mewajibkannya mandi.
_____________________
(Syaikh Utsman al-Khumais hafizhahullahu Ta'ala)
Wallahu a'lam.
Kamis, 26 Desember 2019
Jumat, 06 Desember 2019
Sudahkah Kita Ikhlas Dalam Menuntut Ilmu?
Faidah Dari Al-Ustadz Ahmad Zainuddin. Lc -hafizhahullah-
Adab pertama [IKHLAS]
- Seorang Penuntut ilmu agama harus IKHLAS
Ustadz berkata:
Ikhlas adalah Hendaknya engkau tidak menuntut atas amal ibadahmu seorang yang melihatmu kecuali Allah, dan tidak mencari atas amal ibadahmu seorang yang memberi ganjaran, pahala, hadiah, kecuali Allah. Itulah ikhlas
Maka ketika seseorang ikhlas dalam menuntut ilmu maksudnya adalah,
- Dia meniatkan di dalam dirinya untuk mengangkat kebodohan darinya dan mengangkat kebodohan dari orang lain. Itulah ikhlas dalam menuntut ilmu agama.
- Dia tidak ingin ada yang melihatnya, tidak menuntut ada yang melihatnya, kecuali Allah.
- Dia tidak menuntut ada yang memberikan ganjaran hadiah, sanjungan, penghargaan, pujian, kecuali Allah.
Itu ikhlas di dalam beramal termasuk di dalam menuntut ilmu agama.
- Apabila seorang menuntut ilmu agama bukan karena ikhlas tapi karena ingin mendapatkan dunia maka yang ada adalah bencana baginya.
- Sebagaimana dalam hadits riwayat imam Ahmad, Nabi Muhammad Shalallahu'alaihi wasallam bersabda,
"Siapa saja yang belajar sebuah ilmu (agama) yang semestinya di tuntut (karena) wajah Allah, tetapi dia tidak menuntutnya kecuali karena ingin mendapatkan perhiasan dari dunia maka niscaya dia tidak mendapatkan bau surga pada hari kiamat.
- Orang yang yang ikhlas nanti dia akan jauh dari sifat suka popularitas.
- Orang yang ikhlas dalam menuntut ilmu agama dia tidak ingin di kenal oleh orang, bahwasanya dia seorang penuntut ilmu agama.
- Dia juga kalau ikhlas dalam menuntut ilmu agama, dia tidak ingin untuk terlihat di atas dari kawan-kawannya sesama penuntut ilmu agama.
- orang yang ikhlas dalam menuntut ilmu agama dia jauh dari ingin di puji oleh manusia.
- Dia jauh ingin di acungi jempol oleh manusia.
- Dia jauh ingin agar orang-orang melihat kepadanya dengan wajah yang takjub.
Dia jauh dari perkara-perkara tersebut. Penuntut ilmu agama jauh dari hal-hal tersebut.
Ustadz Ahmad Zainuddin beliau berkata:
"Ada perkataan menarik yang di sebutkan dari Syaikh Bakr Abu Zaid -rahimahullahu-, ketika Syaikh berbicara tentang ikhlas, beliau berkata,
- "Orang yang ikhlas dalam menuntut ilmu agama, dia tidak ingin popularitas. (terkenal sebagai penuntut ilmu agama)
- kalau kalangan dari ustadz dia tidak ingin harus terkenal di sosial media, dimana-mana, dimintai photo orang. Ini tanda orang tidak ikhlas.
Ustadz Ahmad Zainuddin hafizhahullah juga berkata:
"Ada perkataan menarik yang disebukan di dalam kitab ash-showarin Wal Asinnah yg di tulis oleh Abu Madiyan as-sinqithi as-Salafiy, bahwa:
- "Ketergelincirnya seorang yang berilmu karena dia suka ditumpuki dengan genderang (artinya terkenal) biasanya orang-orang yang terkenal itu banyak kekeliruan.
Maka hati-hatilah para ikhwan yang di rahmati Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Ada lagi perkataan Sufyan ibn Masruq Ats-Tsaury -rahimahullahu Ta'ala- sebagaimana yang di sebutkan di dalam kitab Tazkiratus Sami' Wal Mutakallim:
- "Dulu, aku sangat mudah memahami al-Qur'an, tapi ketika sudah aku mulai terkenal, di cabut pemahamanku terhadap Al-Qur'an tersebut." Ini hati-hati.
- Para penuntut ilmu, maka jahui sifat tidak ikhlas.
- salah satu bentuk sifat tidak ikhlas adalah dia senantiasa menginginkan terkenal, popularitas, penuntut ilmu dekat dengan ustadz, dan semisalnya.
Sebagaimana perkataan Sufyan bin Sa'id bin Masruq Ats-Tsauri rahimahullah dinukil di dalam kitab al-Jami' li adabi rawi wa akhlaqi Sami'
- "Tidak ada sesuatu pun yang paling sulit aku mengobatinya, dibandingkan Niatku, karena ia selalu berbolak-balik."
Umar bin Abi Dzar berkata kepada bapaknya (ibnu Dzar):
- "Wahai bapakku, mengapa jika seandainya engkau memberikan nasehat (kepada manusia) masuk ke dalam (relung) hati mereka? (sampai-sampai mereka menangis), tetapi jika selain engkau memberikan nasehat mereka tidak menangis. Maka sang bapak (ibnu Dzar) mengatakan, "Wahai anakku, bukanlah tangisan yang berasal dari dalam lubuk hati itu seperti yang di sewa. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan petunjuk kepada engkau."
- Maka perhatikan baik-baik Niat tak kala kita menuntut ilmu agama.
___________________
#faidah: Merujuk Kitab Hilyah Tholibil 'Ilmi, Syaikh Bakr Abu Zaid Rahimahullah
♻ Silakan disebarluaskan
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
Faidah Dari Al-Ustadz Ahmad Zainuddin. Lc -hafizhahullah-
Penulis: al-Faqir @ibnibahrayni
Adab pertama [IKHLAS]
- Seorang Penuntut ilmu agama harus IKHLAS
Ustadz berkata:
Ikhlas adalah Hendaknya engkau tidak menuntut atas amal ibadahmu seorang yang melihatmu kecuali Allah, dan tidak mencari atas amal ibadahmu seorang yang memberi ganjaran, pahala, hadiah, kecuali Allah. Itulah ikhlas
Maka ketika seseorang ikhlas dalam menuntut ilmu maksudnya adalah,
- Dia meniatkan di dalam dirinya untuk mengangkat kebodohan darinya dan mengangkat kebodohan dari orang lain. Itulah ikhlas dalam menuntut ilmu agama.
- Dia tidak ingin ada yang melihatnya, tidak menuntut ada yang melihatnya, kecuali Allah.
- Dia tidak menuntut ada yang memberikan ganjaran hadiah, sanjungan, penghargaan, pujian, kecuali Allah.
Itu ikhlas di dalam beramal termasuk di dalam menuntut ilmu agama.
- Apabila seorang menuntut ilmu agama bukan karena ikhlas tapi karena ingin mendapatkan dunia maka yang ada adalah bencana baginya.
- Sebagaimana dalam hadits riwayat imam Ahmad, Nabi Muhammad Shalallahu'alaihi wasallam bersabda,
"Siapa saja yang belajar sebuah ilmu (agama) yang semestinya di tuntut (karena) wajah Allah, tetapi dia tidak menuntutnya kecuali karena ingin mendapatkan perhiasan dari dunia maka niscaya dia tidak mendapatkan bau surga pada hari kiamat.
- Orang yang yang ikhlas nanti dia akan jauh dari sifat suka popularitas.
- Orang yang ikhlas dalam menuntut ilmu agama dia tidak ingin di kenal oleh orang, bahwasanya dia seorang penuntut ilmu agama.
- Dia juga kalau ikhlas dalam menuntut ilmu agama, dia tidak ingin untuk terlihat di atas dari kawan-kawannya sesama penuntut ilmu agama.
- orang yang ikhlas dalam menuntut ilmu agama dia jauh dari ingin di puji oleh manusia.
- Dia jauh ingin di acungi jempol oleh manusia.
- Dia jauh ingin agar orang-orang melihat kepadanya dengan wajah yang takjub.
Dia jauh dari perkara-perkara tersebut. Penuntut ilmu agama jauh dari hal-hal tersebut.
Ustadz Ahmad Zainuddin beliau berkata:
"Ada perkataan menarik yang di sebutkan dari Syaikh Bakr Abu Zaid -rahimahullahu-, ketika Syaikh berbicara tentang ikhlas, beliau berkata,
- "Orang yang ikhlas dalam menuntut ilmu agama, dia tidak ingin popularitas. (terkenal sebagai penuntut ilmu agama)
- kalau kalangan dari ustadz dia tidak ingin harus terkenal di sosial media, dimana-mana, dimintai photo orang. Ini tanda orang tidak ikhlas.
Ustadz Ahmad Zainuddin hafizhahullah juga berkata:
"Ada perkataan menarik yang disebukan di dalam kitab ash-showarin Wal Asinnah yg di tulis oleh Abu Madiyan as-sinqithi as-Salafiy, bahwa:
- "Ketergelincirnya seorang yang berilmu karena dia suka ditumpuki dengan genderang (artinya terkenal) biasanya orang-orang yang terkenal itu banyak kekeliruan.
Maka hati-hatilah para ikhwan yang di rahmati Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Ada lagi perkataan Sufyan ibn Masruq Ats-Tsaury -rahimahullahu Ta'ala- sebagaimana yang di sebutkan di dalam kitab Tazkiratus Sami' Wal Mutakallim:
- "Dulu, aku sangat mudah memahami al-Qur'an, tapi ketika sudah aku mulai terkenal, di cabut pemahamanku terhadap Al-Qur'an tersebut." Ini hati-hati.
- Para penuntut ilmu, maka jahui sifat tidak ikhlas.
- salah satu bentuk sifat tidak ikhlas adalah dia senantiasa menginginkan terkenal, popularitas, penuntut ilmu dekat dengan ustadz, dan semisalnya.
Sebagaimana perkataan Sufyan bin Sa'id bin Masruq Ats-Tsauri rahimahullah dinukil di dalam kitab al-Jami' li adabi rawi wa akhlaqi Sami'
- "Tidak ada sesuatu pun yang paling sulit aku mengobatinya, dibandingkan Niatku, karena ia selalu berbolak-balik."
Umar bin Abi Dzar berkata kepada bapaknya (ibnu Dzar):
- "Wahai bapakku, mengapa jika seandainya engkau memberikan nasehat (kepada manusia) masuk ke dalam (relung) hati mereka? (sampai-sampai mereka menangis), tetapi jika selain engkau memberikan nasehat mereka tidak menangis. Maka sang bapak (ibnu Dzar) mengatakan, "Wahai anakku, bukanlah tangisan yang berasal dari dalam lubuk hati itu seperti yang di sewa. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan petunjuk kepada engkau."
- Maka perhatikan baik-baik Niat tak kala kita menuntut ilmu agama.
___________________
#faidah: Merujuk Kitab Hilyah Tholibil 'Ilmi, Syaikh Bakr Abu Zaid Rahimahullah
♻ Silakan disebarluaskan
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
Faidah Dari Al-Ustadz Ahmad Zainuddin. Lc -hafizhahullah-
Penulis: al-Faqir @ibnibahrayni
Selasa, 03 Desember 2019
KONSEKWENSI BERIMAN KEPADA NABI MUHAMMAD ﷺ
KONSEKWENSI BERIMAN KEPADA NABI MUHAMMAD ﷺ
- Persaksian kita beriman kepada Rasulullahi ﷺ itu memiliki konsekwensi (tuntutan)
- Atau kewajiban yang harus kita penuhi dari keimanan tersebut. Kita meyakini Nabi Muhammad ﷺ Nabi yang di utus, Nabi terakhir yang membawa ajaran agama Islam.
Apa saja konsekwensi-konsekwensi (tuntutan) yang wajib kita penuhi?
🔰1. Membenarkan apa pun yang dikhobarkan dan diberitakan oleh Nabi Muhammad ﷺ.
- Baik yang Beliau katakan itu bisa di cerna dengan akal atau pun tidak bisa di cerna dengan akal kita.
- selama yang datang dari Beliau itu shahih, kita wajib membenarkannya, (dan juga berarti itu mengimaninya)
🔰2. Melaksanakan semua yang Beliau Perintahkan semampu kita.
- "Apa pun yang datang dari Rosul maka ambillah dia, apa pun yang di larang oleh Beliau maka tinggalkanlah." (Surat al-Hasyr ayat 9)
- Baik perintah tersebut hukumnya wajib, maupun perintah-perintah tersebut hukumnya (sunat/dianjurkan)
🔰3. Meninggalkan semua yang Rasulullahi ﷺ larang.
- Baik larangan itu haram mau pun makruh.
- Tak kala larangan itu Haram, wajib kita meninggalkannya.
- Tak kaka larangan tersebut makruh, kita akan mendapatkan pahala meninggalkannya. (Berpahala meninggalkan yang makruh-makruh)
🔰4. Kita tidaklah beribadah kepada Allah, kecuali lewat apa yang Nabi Muhammad ﷺ syari'atkan.
- Inilah yang kita ikrarkan: "Wa Anna Muhammadan Rasulullah."
- Bahwasanya Nabi Muhammad adalah utusan Allah.
- Beliaulah yang menjelaskan agama Allah (Agama Islam) ﷺ kepada umatnya.
- Kepada beliaulah di turunkan Al-Qur'an.
- Dan ucapan Beliau semuanya adalah Wahyu.
- "Tidaklah Muhammad itu kata Allah berbicara dengan hawa nafsunya, tetapi itu adalah wahyu yang di wahyukan kepadanya." (Lihat: Surat An-Najm ayat 3 & 4)
- Bahkan Rosul ﷺ juga pernah mengatakan, "Tidak ada satu pun lafadz yang keluar dari lisanku, kecuali itu adalah KEBENARAN."
- Kita dalam beribadah, dalam berkeyakinan atau beraqidah harus mengikuti apa yang telah di jelaskan oleh Rasulullah ﷺ. Semuanya, atau boleh milih-milih, (kata ustadz)? Jawabannya: "Semuanya..." - (Dalilnya surat Al-Baqoroh ayat 208) "Masuklah kalian ke dalam agama Islam, secara Kaffah." Artinya seluruhnya, (agar sempurna ke Islamannya)
- Kita tidak boleh tebang pilih dalam beragama, semuanya harus kita laksanakan semampu kita.
- karena agama ini telah sempurna.
- Masalah apa pun yang ingin kita ketahui hukumnya itu lelah di jelaskan di dalam agama islam.
- >>> "ini adalah kewajiban dasar bagi kita semuanya, kita harus meyakini Agama kita, agama Islam adalah agama yang telah sempurna, dan satu-satunya Agama yang akan terus di jaga oleh Allah, kitabnya di jaga Oleh Allah, Agamanya di jaga oleh Allah." <<<
- Di dalam Surat Al-Maidah ayat 3 Allah berfirman yang artinya,
"Pada hari ini telah AKU (Allah) Sempurnakan bagi kalian Agama kalian untuk Kalian."
- Rasulullah ﷺ juga mengatakan, (menjanjikan bahwa Agama Islam ini akan tetap terjaga)
"Akan sesantiasa ada sekelompok manusia, "ZHOHIRIINA 'ALAL HAQQ," Senantiasa berdiri tegak di atas kebenaran, tidak akan memudhorotkan mereka tipu daya musuh-musuh Islam, sampai datang perkara dari Allah." (yaitu sampai dekatnya hari Qiamat)
- Agama ini akan akan terus Allah jaga, tidak akan ada orang yang bisa mengalahkan Islam.
🔰5. Rosul itu adalah ABDULLAH wa ROSULUHU.
- Kata Rosul ﷺ: "Janganlah kalian ghuluw (berlebih-lebihan) menyanjungku, (memujiku) sebagaimana kaum Nashrani itu berlebih-lebihan menyanjung Nabi 'Isa, sehingga mereka menjadikannya anak Tuhan. Tetapi katakanlah "INNII ABDULLAH, WA ROSUULUHU." (Hamba Allah dan utusanNYA)
- Maksud kata abdun (abdullah) maksudnya tidak boleh di ibadahi.
• Apa itu ibadah?
- Ibadah itu adalah semua yang Allah cintai dan Allah Ridho'i.
- Bisa dari ucapan, perbuatan, atau perbuatan hati, (cinta, harap, takut -penj) atau perbuatan anggota badan.
- Semua ibadah tidak boleh kita berikan kepada Rosul, semua hak untuk di ibadahi hanya untuk Allah.
-karena orang yang beribadah kepada Rosul, berdo'a kepada Rosul, mereka telah berbuat SYIRIK.
- Maksud kata ROSUULUHU (Utusan Allah) adalah "Laa Ykadz-dzab." Maksudnya: kita tidak boleh mendustakan Beliau ﷺ.
- kita tidak boleh mengingkari apa pun yang beliau bawa (syari'atkan/ajarkan).
✔️ Itulah kewajiban kita terhadap Rasulullahi ﷺ. Wallahu a'lam
_________
Faedah kajian
Bersama Ustadz Abu Salim Dede Nuriman hafizhahullah
SENIN, 6 RABI'UL AKHIR 1441 H
2 DESEMBER 2019
AL-WUSTHO | TEBAS
♻️ Silakan share
- Persaksian kita beriman kepada Rasulullahi ﷺ itu memiliki konsekwensi (tuntutan)
- Atau kewajiban yang harus kita penuhi dari keimanan tersebut. Kita meyakini Nabi Muhammad ﷺ Nabi yang di utus, Nabi terakhir yang membawa ajaran agama Islam.
Apa saja konsekwensi-konsekwensi (tuntutan) yang wajib kita penuhi?
🔰1. Membenarkan apa pun yang dikhobarkan dan diberitakan oleh Nabi Muhammad ﷺ.
- Baik yang Beliau katakan itu bisa di cerna dengan akal atau pun tidak bisa di cerna dengan akal kita.
- selama yang datang dari Beliau itu shahih, kita wajib membenarkannya, (dan juga berarti itu mengimaninya)
🔰2. Melaksanakan semua yang Beliau Perintahkan semampu kita.
- "Apa pun yang datang dari Rosul maka ambillah dia, apa pun yang di larang oleh Beliau maka tinggalkanlah." (Surat al-Hasyr ayat 9)
- Baik perintah tersebut hukumnya wajib, maupun perintah-perintah tersebut hukumnya (sunat/dianjurkan)
🔰3. Meninggalkan semua yang Rasulullahi ﷺ larang.
- Baik larangan itu haram mau pun makruh.
- Tak kala larangan itu Haram, wajib kita meninggalkannya.
- Tak kaka larangan tersebut makruh, kita akan mendapatkan pahala meninggalkannya. (Berpahala meninggalkan yang makruh-makruh)
🔰4. Kita tidaklah beribadah kepada Allah, kecuali lewat apa yang Nabi Muhammad ﷺ syari'atkan.
- Inilah yang kita ikrarkan: "Wa Anna Muhammadan Rasulullah."
- Bahwasanya Nabi Muhammad adalah utusan Allah.
- Beliaulah yang menjelaskan agama Allah (Agama Islam) ﷺ kepada umatnya.
- Kepada beliaulah di turunkan Al-Qur'an.
- Dan ucapan Beliau semuanya adalah Wahyu.
- "Tidaklah Muhammad itu kata Allah berbicara dengan hawa nafsunya, tetapi itu adalah wahyu yang di wahyukan kepadanya." (Lihat: Surat An-Najm ayat 3 & 4)
- Bahkan Rosul ﷺ juga pernah mengatakan, "Tidak ada satu pun lafadz yang keluar dari lisanku, kecuali itu adalah KEBENARAN."
- Kita dalam beribadah, dalam berkeyakinan atau beraqidah harus mengikuti apa yang telah di jelaskan oleh Rasulullah ﷺ. Semuanya, atau boleh milih-milih, (kata ustadz)? Jawabannya: "Semuanya..." - (Dalilnya surat Al-Baqoroh ayat 208) "Masuklah kalian ke dalam agama Islam, secara Kaffah." Artinya seluruhnya, (agar sempurna ke Islamannya)
- Kita tidak boleh tebang pilih dalam beragama, semuanya harus kita laksanakan semampu kita.
- karena agama ini telah sempurna.
- Masalah apa pun yang ingin kita ketahui hukumnya itu lelah di jelaskan di dalam agama islam.
- >>> "ini adalah kewajiban dasar bagi kita semuanya, kita harus meyakini Agama kita, agama Islam adalah agama yang telah sempurna, dan satu-satunya Agama yang akan terus di jaga oleh Allah, kitabnya di jaga Oleh Allah, Agamanya di jaga oleh Allah." <<<
- Di dalam Surat Al-Maidah ayat 3 Allah berfirman yang artinya,
"Pada hari ini telah AKU (Allah) Sempurnakan bagi kalian Agama kalian untuk Kalian."
- Rasulullah ﷺ juga mengatakan, (menjanjikan bahwa Agama Islam ini akan tetap terjaga)
"Akan sesantiasa ada sekelompok manusia, "ZHOHIRIINA 'ALAL HAQQ," Senantiasa berdiri tegak di atas kebenaran, tidak akan memudhorotkan mereka tipu daya musuh-musuh Islam, sampai datang perkara dari Allah." (yaitu sampai dekatnya hari Qiamat)
- Agama ini akan akan terus Allah jaga, tidak akan ada orang yang bisa mengalahkan Islam.
🔰5. Rosul itu adalah ABDULLAH wa ROSULUHU.
- Kata Rosul ﷺ: "Janganlah kalian ghuluw (berlebih-lebihan) menyanjungku, (memujiku) sebagaimana kaum Nashrani itu berlebih-lebihan menyanjung Nabi 'Isa, sehingga mereka menjadikannya anak Tuhan. Tetapi katakanlah "INNII ABDULLAH, WA ROSUULUHU." (Hamba Allah dan utusanNYA)
- Maksud kata abdun (abdullah) maksudnya tidak boleh di ibadahi.
• Apa itu ibadah?
- Ibadah itu adalah semua yang Allah cintai dan Allah Ridho'i.
- Bisa dari ucapan, perbuatan, atau perbuatan hati, (cinta, harap, takut -penj) atau perbuatan anggota badan.
- Semua ibadah tidak boleh kita berikan kepada Rosul, semua hak untuk di ibadahi hanya untuk Allah.
-karena orang yang beribadah kepada Rosul, berdo'a kepada Rosul, mereka telah berbuat SYIRIK.
- Maksud kata ROSUULUHU (Utusan Allah) adalah "Laa Ykadz-dzab." Maksudnya: kita tidak boleh mendustakan Beliau ﷺ.
- kita tidak boleh mengingkari apa pun yang beliau bawa (syari'atkan/ajarkan).
✔️ Itulah kewajiban kita terhadap Rasulullahi ﷺ. Wallahu a'lam
_________
Faedah kajian
Bersama Ustadz Abu Salim Dede Nuriman hafizhahullah
SENIN, 6 RABI'UL AKHIR 1441 H
2 DESEMBER 2019
AL-WUSTHO | TEBAS
♻️ Silakan share
Sabtu, 30 November 2019
Faedah Tanya Jawab Dengan Ustadz tentang faedah hadits berpegang teguhlah kepada Sunnahku dan Sahabatku
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Ahsanallahu' ilaika ya ustadz
Mau nanya ustadz.
Apa salah satu faedah hadits rasulullah yg berbunyi "Berpegang teguhlah kepada Sunnahku, dan sunnah sahabatku?"
Apakah benar ini termasuk faedahnya:
1. ketika ada orang berbicara bertentangan dengan hadits² Nabi dan atsar² para sahabat yg sah, maka tinggalkan pendapat² tersebut.
2. Agar kita selamat dari kesesatan.
Baarakallahu fiik ustadz
Jawaban ustadz:
Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh
Ringkasnya makna berpegang teguh dengan sunnahku dan sahabatku:
1. Jika sahabat telah bersepakat dalam sebuah perkara dalam agama (tidak ada perbedaan antara mereka) maka itu kita jadikan pegangan, pijakan dalam beragama juga walaupun orang-orang setelah mereka berselisih. Contohnya masalah : Bahwa Allah Maha Tinggi diatas segala makhluk (Istiwa') diatas Arsy-Nya maka kita wajib berpegang dengan keyakinan ini karena mereka (Shahabat) telah sepakat dalam keyakinan ini, walaupun sebagian orang berselisih bahkan mengingkarinya.
2. Jika diantara sahabat ada yg berbeda pendapat dalam sebuah sunnah Nabi maka kita teliti barangkali diantara sahabat yg berbeda pendapat ada yg belum mengetahui tentang sunnah Nabi itu sehingga ia mengingkarinya. Maka dalam hal ini kita memilih pendapat yg lebih mendekati sunnah Nabi tersebut.
3. Para sahabat berbeda pendapat dalam satu perkara namun masing-masing sedang berusaha menjalankan satu sunnah yg sama maka dalam hal ini ada kelonggaran bagi kita dalam memilihnya.
Ini ringkasannya saja
Wallahu A'lam
_____________
Dijawab oleh ustadz Abu Ahmad Rafi'i hafizhahullah
Mau nanya ustadz.
Apa salah satu faedah hadits rasulullah yg berbunyi "Berpegang teguhlah kepada Sunnahku, dan sunnah sahabatku?"
Apakah benar ini termasuk faedahnya:
1. ketika ada orang berbicara bertentangan dengan hadits² Nabi dan atsar² para sahabat yg sah, maka tinggalkan pendapat² tersebut.
2. Agar kita selamat dari kesesatan.
Baarakallahu fiik ustadz
Jawaban ustadz:
Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh
Ringkasnya makna berpegang teguh dengan sunnahku dan sahabatku:
1. Jika sahabat telah bersepakat dalam sebuah perkara dalam agama (tidak ada perbedaan antara mereka) maka itu kita jadikan pegangan, pijakan dalam beragama juga walaupun orang-orang setelah mereka berselisih. Contohnya masalah : Bahwa Allah Maha Tinggi diatas segala makhluk (Istiwa') diatas Arsy-Nya maka kita wajib berpegang dengan keyakinan ini karena mereka (Shahabat) telah sepakat dalam keyakinan ini, walaupun sebagian orang berselisih bahkan mengingkarinya.
2. Jika diantara sahabat ada yg berbeda pendapat dalam sebuah sunnah Nabi maka kita teliti barangkali diantara sahabat yg berbeda pendapat ada yg belum mengetahui tentang sunnah Nabi itu sehingga ia mengingkarinya. Maka dalam hal ini kita memilih pendapat yg lebih mendekati sunnah Nabi tersebut.
3. Para sahabat berbeda pendapat dalam satu perkara namun masing-masing sedang berusaha menjalankan satu sunnah yg sama maka dalam hal ini ada kelonggaran bagi kita dalam memilihnya.
Ini ringkasannya saja
Wallahu A'lam
_____________
Dijawab oleh ustadz Abu Ahmad Rafi'i hafizhahullah
Jumat, 29 November 2019
ADAB SEBELUM BERTANYA KEPADA GURU
Faedah kajian
Ustadz berkata,
Sebenarnya kitab "Syarah hilyah Tholibil ilmi" ini (karya Syaikh Utsaimin -rahimahullah-) adalah tulisan dari muridnya, jadi murid beliau ini menulis apa yang di sampaikan oleh syaikh Ibnu Utsaimin ketika mensyarah kitab Hilyah Tholibil ilmi, kemudian tulisan tersebut dilihatkan kepada Syaikh ibnu Utsaimin, yang mana yang bagus, artinya tulisan itu lengkap, setelah itu di beri izin oleh Syaikh untuk di kumpulkan dan di cetak.
ADAB SEBELUM BERTANYA KEPADA GURU.
- Janganlah seorang bertanya (kepada seorang guru) kecuali dia izin terlebih dahulu, dan ini adalah suatu yang baik, apa bila bertanya maka dengan pelan, lembut, Alhamdulilah ini adalah termasuk suatu adab yang baik, ada sebagian yg lain (sebelum bertanya kepada Syaikh/guru) mengatakan "Ahsanallahu ilaika ya Syaikh." -mendo'akan gurunya- (Syaikh Ibnu Utaimin -rohimahullah-)
- jadi sebelum bertanya mereka mengatakan "Ya Syaikh Ahsanallahu ilaika." (artinya: "Ya Syaikh, semoga Allah memperbaiki urusan syaikh.") Dan lain sebagainya, boleh juga kita mengucapkan doa yg lainnya (ketika hendak bertanya) contoh seperti, "Ustadz, semoga Allah menjaga ustadz." Atau "Semoga Allah memberkahi ustadz, atau "Baarakallahu fiikum ustadz" atau "semoga Allah memberkahi umur ustadz" dsb, Dan ini adalah termasuk adab bertanya kepada guru kita. (Ustadz Arwi hafizhahullah)
______________________
Faedah kajian Kitab Syarah Hilyah Tholibil Ilmi.
Bersama ustadz Arwi Fauzi Asri -Hafizhahullah-
_______________________
♻️ Faedah ini telah mendapat izin untuk di share. Silahkan share. Semoga bermanfaat.
ISLAM dan SUNNAH
"ISLAM adalah SUNNAH, dan SUNNAH adalah ISLAM."
Faedah kajian bersama al-Ustadz Syamsidar Mahyan Su'ud -hafizhahullah-
Islam adalah Sunnah, dan Sunnah adalah Islam
- ungkapan ini di ambil dari perkataan dari seorang Ulama yang bernama Abu Muhammad Hasan bin Ali bin Khalaf al-Barbarahari -rahimahullahu Ta'ala- dalam kitab Syarhus Sunnah.
- al-Imam al-Barbarahari adalah seorang Ulama besar di zamannya, seorang Ulama bermadzhab Hambali.
- al-Imam al-Barbarahari adalah murid dari al-Imam al-Marwazib.
- al-Imam al-Marwazib adalah murid dari al-Imam Ahmad bin Hanbal.
- al-Imam Ahmad bin Hanbal adalah murid dari al-Imam asy-Syafi'i.
- Imam Syafi'i adalah murid dari al-Imam Malik.
- Imam Malik adalah murid dari Imam Naafi'.
- Imam Naafi' adalah murid seorang Sahabat bernama Abdullah bin 'Umar -Radhiyallahu Ta'ala 'anhu-
- dan Sahabat Abdullah bin 'Umar adalah Murid Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam- dan Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam mendapatkan wahyu dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.
- al-Imam al-Barbarahari secara keilmuan bersanad menyambung dan tersambung kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam.
- Kitab beliau Syarhus Sunnah menjadi rujukan oleh para Ulama, kemudian kitab beliau ini disanjung dan di puji isi dari kitab beliau ini, karena isinya sangat baik, lurus, dan sesuai dengan al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam.
- Diawal-awal kitab beliau Syarhus Sunnah al-Imam al-Barbahari beliau mengatakan, dengan perkataan:
اعلموا -رحمك الله-
"Ketahuilah, (Wahai kalian kaum muslimin) -mudah-mudahan Allah merahmati kalian-
اعلموا أن الإسلام هو سنة، و السنة هي الإسلام
Bahwasanya Islam itu adalah Sunnah, dan Sunnah itu adalah Islam.
- Ustadz berkata, ini penegasan dari beliau, penegasan yang menunjukkan dan membuktikan bahwasanya Islam itu adalah Sunnah, dan Sunnah itu adalah Islam.
لا يقوم أحد هما إلا بالاخر
- (al-imam al-Barbarahari berkata) "Tidak akan pernah tegak, (tidak akan pernah diamalkan, tidak akan bisa di ketahui dan di ilmui) dari salah satu keduanya (baik itu Islam mau pun Sunnah) kecali harus dibarengkan (di sertai) dengan yang lainnya.
- (kata ustadz) Tidak akan pernah tegak Islam seseorang, kecuali harus dengan Sunnah, Tidak akan pernah benar Sunnah (seseorang mengamalkan Sunnah) kecuali dengan (tuntunan) Islam yang dia pelajari dan dia ketahui.
- Ungkapan ini adalah merupakan ungkapan kesimpulan, untuk menyatukan semua prinsip yang mendasar dalam Islam.
- Artinya kalau kita bicara Islam berarti kita bicara Sunnah, kalau kita bicara Sunnah berarti kita juga membicarakan tentang Islam.
- karena Sunnah dan Islam tidak bisa dipisahkan, apalagi kalau seandainya di bedakan antara Islam dengan Sunnah, karena dia adalah Satu badan.
لا يقوم أحد هما إلا بالاخر
- (ustadz menjelaskan kembali) Islam itu tidak bisa di amalkan kecuali kita harus belajar Sunnah. Bagaimana kita akan bisa mengamalkan Islam kalau kita tidak faham Sunnah?
Apa yang dimaksud Sunnah yang dibahas pada kajian ini maksudnya?
- Ulama ahli hadits kata mereka, "Segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wassalam baik Qoul (ucapan) Nabi, fi'li (perbuatan) Nabi, takrir (Persetujuan) Nabi Shalallahu 'alaihi wasallam, termasuk juga sifat beliau, itulah makna Sunnah menurut Ulama ahli hadits.
- Disisi Ulama ahli Ushul, (menurut Ulama Ushul) Sunnah itu adalah Sumber kedua setelah Al-Qur`an dalam mengambil hukum.
- Maka dari itu kalau kita ingin mengamalkan Islam maka kita harus belajar Sunnah.
- Apa yang datang dari Rasulullah dari ucapan beliau, perbuatan beliau, dari persetujuan beliau, dan juga dari sifat beliau, maka dengan mempelajari Sunnah ini apa yang datang dari Nabi maka baru kita akan bisa mengamalkan Sunnah atau mengamalkan Islam, tanpa itu tidak bisa.
- Tanpa mempelajari Sunnah yang datang dari Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam maka islam seseorang tidak akan pernah benar.
- Oleh karena itu, di sebutkan oleh Syaikh Sholeh al-Fauzan -Hafizhahullahu Ta'ala- beliau mengatakan,
(Ketika al-Imam al-Barbarahari mengatakan dengan ungkapan)
لا يقوم أحد هما إلا بالاخر
(Laa yaquumu ahadu humaa illaa bil akhor)
"Tidak akan pernah tegak salah satu diantara keduanya (Islam dan Sunnah) kecuali harus disertai dengan yang lain." Itu menunjukkan kata syaikh, Kalau seandainya seseorang ingin mengamalkan Islam maka dia harus belajar Sunnah, kalau dia ingin mengamalkan Sunnah maka dia harus mengkaji Islam secara dalam.
- Dan bila seseorang mengaku beragama Islam tapi dia tidak belajar Sunnah, "falaisa bi muslimin.." (maka dia bukan orang islam yang sebenarnya)
- Karena ciri khas orang islam itu mempelajari Sunnah, yang datang dari Rasulullahi Shalallahu 'alaihi wasallam.
______________
Faedah kajian:
Kamis (malam Jum'at) 3 Rabi'ul Akhir 1441 H atau bertepatan dengan Tanggal 28 November 2019 | Dimasjid Jami' al'Wustho | Tebas
√ Faedah yang telah dikoreksi dan di izinkan ustadz untuk disebarkan.
♻️ Silahkan Share, dan semoga bermanfaat.
Rabu, 27 November 2019
SINGGAHLAH
بسم الله الرحمن الرحيم
S I N G G A H L A H
Shalawat beriring salam semoga tercurah limpahkan selalu kepada Nabi kita Rasulullah shalallahu 'alaihi wa'ala alihi wasallam, kepada keluarga beliau, kepada sahabat² beliau, kepada Tabi'in, kepada Tabi'ut Tabi'in dan orang-orang yang senantiasa mengikuti jejak beliau hingga hari kiamat kelak.
Berusahalah untuk bisa singgah di taman-taman surganya Allah Subhanahu wa Ta'ala, singgahlah walau pun anda belum berhijab, singgahlah walau pun anda berhijab namun belum berhijab syar'i, singgahlah di taman surga walau pun anda belum mengenal apa itu islam, apa itu Sunnah Nabi, singgahlah walau pun anda belum faham apa itu sholat, apa itu zakat, apa itu puasa, singgahlah walau pun anda datang bukan ingin mencatat ilmu, singgahlah di taman surganya Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Ini sebagaimana yang di sabdakan Nabi Muhammad shalallahu' alaihi wasallam,
إِذَا مَرَرْتُمْ بِرِيَاضِ الْجَنَّةِ فَارْتَعُوا قَالُوا وَمَا رِيَاضُ الْجَنَّةِ قَالَ حِلَقُ الذِّكْرِ
"Apabila kalian melewati salah satu taman-taman surga yang ada di dunia ini, maka singgahlah dengan senang, Para sahabat bertanya, ”Apakah taman-taman surga itu?” Beliau menjawab, ”Halaqah-halaqah (kelompok-kelompok) dzikir (majelis ilmu syar'i)." (HR Tirmidzi, no. 3510 dan lainnya. Lihat Silsilah Al Ahadits Ash Shahihah, no. 2562)
Rasulullah mengatakan "apabila KALIAN melewati" kalian di sini siapa? #Semuanya... Semua di antara kita baik yg sudah baik agamanya atau pun yg belum baik agamanya, yg sudah sekelas ustadz atau pun bukan ustadz, orang yg dia ini sudah lama belajar agama, atau bahkah baru masuk islam, orang yg sudah berhijab syar'i atau bahkan belum berhijab sama sekali.. singgahlah di taman² surganya Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Karena Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam juga bersabda,
,وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
"Barang siapa yang memudahkan langkah kakinya untuk menuntut ilmu agama Allah, untuk berusaha memahami agama Allah, maka Allah akan mudahkan jalannya menuju surga-Nya Allah Subhanahu wa Ta'ala." (HR. Muslim. no. 2699)
_______________
Faedah kajian ustadz Abu Lailah Grivaldy hafizhahullah
(faedah ini telah dikoreksi ustadz)
♻️ Silahkan share
Jumat, 22 November 2019
Beradablah dengan semua adab kepada gurumu
بسم الله الرحمن الرحيم
Faedah kajian kitab Hilyah Tholibil ilmi, Syaikh Bakr Abu Zaid, persyarah Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahumullah, bersama al-ustadz Arwi Fauzi Asri -hafizhahullah-
• Syaikh Bakr Abu Zaid mengatakan,
✓ "Beradablah dengan semua adab bersama gurumu didalam dudukmu atau ketika engkau duduk bersamanya."
• Kata Syaikh ibnu Utsaimin,
✓ "hadza shahih." (Ini benar) duduklah sebagaimana duduknya orang yang beradab, yaitu (contohnya kata beliau) jangan engkau #berselonjor¹ di depan gurumu. Karena ini termasuk adab yang buruk, jangan engkau duduk #bersender², ini juga termasuk adab yang tidak baik, terlebih di tempat menuntut ilmu. Ada pun kalau engkau di majelis biasa (bukan di tempat menuntut ilmu) maka ini lebih #ringan³, begitu juga ketika berbicara dengan guru, janganlah engkau berbicara dengan buruk seolah-olah engkau berbicara dengan teman sebayamu. Ini tidak dibenarkan kata beliau (Syaikh ibnu Utsaimin) ini bukan adab yang lurus, berbicaralah engkau dengan gurumu seperti berbicaranya seorang anak terhadap ayahnya, yang penuh penghormatan yang penuh tawadhu', tetapi (perhatikan kata Syaikh ibnu Utsaimin) "wahai para jama'ah sekalian, untuk saya (kata beliau, tawadhu'nya beliau rahimahullah) bagi saya ini tidak penting, tidak apa-apa kalian kalau berbicara dengan saya seperti berbicara dengan kerabat atau seperti berbicara dengan teman #sebaya.⁴ akan tetapi tentunya (menghormati guru itu) sesuatu yang mesti dilakukan."
√ "Sebisa mungkin kepada guru kita berbicara dengan penuh penghormatan." (Ustadz Arwi hafizhahullah)
Sedikit tambahan penjelasan dari ustadz (di sela-sela yang saye barek nomor kecil) di atas:
1. Kalau bahase kitenye ngajongkan kaki, bekajong di hadapan syaikh atau di hadapan guru.
2. Biasenye kalau dah besender ngantok, tidok, bersender dibelangang (kedinding) kepalaknye bersender juga.
3. Tidak ape-ape bersender dimajelis-majelis yang biase, tapi kalau di majelis ilmu, hendaknye dihormati.
4. Beliau rahimahullah tidak mau di hormati, masya Allah.
📌 Silahkan dibagikan, saya harap kepada Allah semoga secuil faedah ini bermanfaat bagi yang menuntut ilmu. Aamiin
Secuil faedah tulisan ini telah di murojaah oleh ustadzuna. Bagi yg ingin menyebarkan faedah tulisan ini tidak perlu meminta izin kepada saya, tetapi nasehat saya cukup jaga saja amanah ilmiyyahnya dimana pun kita menukil sebuah pernyataan, perkataan atau tulisan seseorang.
Faedah kajian kitab Hilyah Tholibil ilmi, Syaikh Bakr Abu Zaid, persyarah Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahumullah, bersama al-ustadz Arwi Fauzi Asri -hafizhahullah-
• Syaikh Bakr Abu Zaid mengatakan,
✓ "Beradablah dengan semua adab bersama gurumu didalam dudukmu atau ketika engkau duduk bersamanya."
• Kata Syaikh ibnu Utsaimin,
✓ "hadza shahih." (Ini benar) duduklah sebagaimana duduknya orang yang beradab, yaitu (contohnya kata beliau) jangan engkau #berselonjor¹ di depan gurumu. Karena ini termasuk adab yang buruk, jangan engkau duduk #bersender², ini juga termasuk adab yang tidak baik, terlebih di tempat menuntut ilmu. Ada pun kalau engkau di majelis biasa (bukan di tempat menuntut ilmu) maka ini lebih #ringan³, begitu juga ketika berbicara dengan guru, janganlah engkau berbicara dengan buruk seolah-olah engkau berbicara dengan teman sebayamu. Ini tidak dibenarkan kata beliau (Syaikh ibnu Utsaimin) ini bukan adab yang lurus, berbicaralah engkau dengan gurumu seperti berbicaranya seorang anak terhadap ayahnya, yang penuh penghormatan yang penuh tawadhu', tetapi (perhatikan kata Syaikh ibnu Utsaimin) "wahai para jama'ah sekalian, untuk saya (kata beliau, tawadhu'nya beliau rahimahullah) bagi saya ini tidak penting, tidak apa-apa kalian kalau berbicara dengan saya seperti berbicara dengan kerabat atau seperti berbicara dengan teman #sebaya.⁴ akan tetapi tentunya (menghormati guru itu) sesuatu yang mesti dilakukan."
√ "Sebisa mungkin kepada guru kita berbicara dengan penuh penghormatan." (Ustadz Arwi hafizhahullah)
Sedikit tambahan penjelasan dari ustadz (di sela-sela yang saye barek nomor kecil) di atas:
1. Kalau bahase kitenye ngajongkan kaki, bekajong di hadapan syaikh atau di hadapan guru.
2. Biasenye kalau dah besender ngantok, tidok, bersender dibelangang (kedinding) kepalaknye bersender juga.
3. Tidak ape-ape bersender dimajelis-majelis yang biase, tapi kalau di majelis ilmu, hendaknye dihormati.
4. Beliau rahimahullah tidak mau di hormati, masya Allah.
📌 Silahkan dibagikan, saya harap kepada Allah semoga secuil faedah ini bermanfaat bagi yang menuntut ilmu. Aamiin
Secuil faedah tulisan ini telah di murojaah oleh ustadzuna. Bagi yg ingin menyebarkan faedah tulisan ini tidak perlu meminta izin kepada saya, tetapi nasehat saya cukup jaga saja amanah ilmiyyahnya dimana pun kita menukil sebuah pernyataan, perkataan atau tulisan seseorang.
Minggu, 20 Oktober 2019
Faktor Anak-Anak Menjadi Nakal
بسم الله الرحمن الرحيم
Di antara salah satu faedah dalam khutbah jum'at kemarin.
Khotib mengatakan, "faktor anak-anak menjadi nakal ialah:
1. Orang tua tidak ta'at pada agama.
2. Lingkungan dan teman² yang buruk.
• Pesan khotib: Hendaklah orang tua memilihkan lingkungan baik dan teman² yang sholeh kepada anak²nya, dengan menyekolahkannya ke pondok² pesantren yang membuat anaknya taat pada agama, taat kepada orang tuanya.
3. Sikap orang tua kepada anak.
• contoh: bertengkar di depan anak. Maka sikap seperti ini harusnya tidak di tampakkan di depan anak.
4. Orang tua hanya menyuruh anaknya untuk beribadah.
• (seperti: sholat, puasa dll) sementara orang tuanya tidak melakukannya. /Sebagian contoh: Maghrib anak di suruh sholat sedangkan orang tua mandi pun belum.
5. Pengaruh media yang mana anak bebas menikmati keburukan dalam fasilitas tersebut.
• contoh: Dari televisi atau handphone.
√ Khotib juga menyampaikan pesan kepada para jama'ah shalat jum'at dengan membacakan ayat al-Qur'anul karim:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا
yang artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka...." (Qs. At-Tahrim ayat 6) ini adalah ayat perintah dari Allah yang WAJIB untuk kita laksanakan kata khotib.
[Kesimpulan: mulailah dari diri kita untuk taat kepada Allah]
Wallahu a'lam.
Di muroja'ah oleh: Ustadz Yang tidak bisa saya sebutkan namanya -hafizhahullahu Ta'ala-
Jum'at, 18 Oktober 2019, Masjid Baiturrahman Jl. Amanah - Tebas.
Penulis: Hendra @ibnibahrayni
Semoga bermanfaat.
Di antara salah satu faedah dalam khutbah jum'at kemarin.
Khotib mengatakan, "faktor anak-anak menjadi nakal ialah:
1. Orang tua tidak ta'at pada agama.
2. Lingkungan dan teman² yang buruk.
• Pesan khotib: Hendaklah orang tua memilihkan lingkungan baik dan teman² yang sholeh kepada anak²nya, dengan menyekolahkannya ke pondok² pesantren yang membuat anaknya taat pada agama, taat kepada orang tuanya.
3. Sikap orang tua kepada anak.
• contoh: bertengkar di depan anak. Maka sikap seperti ini harusnya tidak di tampakkan di depan anak.
4. Orang tua hanya menyuruh anaknya untuk beribadah.
• (seperti: sholat, puasa dll) sementara orang tuanya tidak melakukannya. /Sebagian contoh: Maghrib anak di suruh sholat sedangkan orang tua mandi pun belum.
5. Pengaruh media yang mana anak bebas menikmati keburukan dalam fasilitas tersebut.
• contoh: Dari televisi atau handphone.
√ Khotib juga menyampaikan pesan kepada para jama'ah shalat jum'at dengan membacakan ayat al-Qur'anul karim:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا
yang artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka...." (Qs. At-Tahrim ayat 6) ini adalah ayat perintah dari Allah yang WAJIB untuk kita laksanakan kata khotib.
[Kesimpulan: mulailah dari diri kita untuk taat kepada Allah]
Wallahu a'lam.
Di muroja'ah oleh: Ustadz Yang tidak bisa saya sebutkan namanya -hafizhahullahu Ta'ala-
Jum'at, 18 Oktober 2019, Masjid Baiturrahman Jl. Amanah - Tebas.
Penulis: Hendra @ibnibahrayni
Semoga bermanfaat.
Selasa, 01 Oktober 2019
Tulus Dalam Beragama || by. @ibnibahrayni
Dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus ad-Daary radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Agama itu nasihat”.Kami pun bertanya, “Hak siapa (nasihat itu)?”. Beliau menjawab, “Nasihat itu adalah hak Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, pemerintah kaum muslimin dan rakyatnya (kaum muslimin)”. (HR. Muslim)
• Lihat: https://muslim.or.id/262-agama-adalah-nasihat-1.html
Agama adalah Nasehat, nasehat dalam bahasa arab disini bermakna ketulusan. (Ustadz. Dzulqarnain M. Sunusi)
Imam Khaththabi rahimahullah menjelaskan arti kata “nashaha” sebagaimana dinukil oleh Imam Nawawi rahimahullah, “Dikatakan bahwa “nashaha” diambil dari “nashahtu al-‘asla”, apabila saya menyaring madu agar terpisah dari lilinnya sehingga menjadi murni dan bersih, mereka mengumpamakan pemilihan kata-kata agar tidak berbuat kesalahan dengan penyaringan madu agar tidak bercampur dengan lilinnya. (Lihat: https://almanhaj.or.id/1832-pengertian-nasehat.html)
Jadi didalam menasehati (berdakwah) itu bukan hanya sekedar menurut kita baik saja, nasehat itu harus di lakukan tulus/ikhlas tak ada kotoran² syirik seperti ingin di anggap baik karena manusia, ingin dipuji manusia semata, karena tanpa ketulusan karena Allah nasehat tidaklah berarti sama sekali. Dalam menasehati haruslah jujur karena Allah, menjaga amanah ilmu, menerapkan metode/cara² yang telah dicontohkan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dan para Sahabat, tidak menghendaki kebaikan kecuali memang ikhlas semata mengharapkan balasan pahala dari Allah Ta'ala, dengan cara² yang juga di ridhoi Allah Ta'ala yaitu dengan cara² yang hikmah.
Banyak orang menasehati ingin agar tersebarnya kebaikan tetapi dengan cara² yang bertentangan dengan syariat Allah, contoh: seseorang berdakwah dengan musik. Wallahi itu bukanlah cara yang baik dan benar, jika memang perbuatan itu baik sudah pasti dahulu Rasulullah Shalallahu alaihi wasallamdan para Sahabat telah mendahului kita dalam melakukannya.
Banyak orang mengabaikan bahkan tidak mengetahui di dalam suatu majelis ada cara² yang bertentangan dengan syariat, seperti seorang khotib naik mimbar dengan memprovokasi ummat untuk memberontak (baca: demo) kepada pemimpin negara, dilain majelis dia membuat majelis seperti panggung sandiwara berhias dengan retorika indah namun melakukan berbagai penyimpangan dalam dakwah tidak pernah menyampaikan kalam ulama dia hanya menyampaikan apa yg ada di benaknya, juga biasanya seorang da'i mengadakan tausiyah dimana dalam tausiyah tersebut bukanlah firman Allah dan sabda rasulullah yang dibahas melainkan bercerita tentang Cerita² tahayul dan khurafat/mimpi, dan yang lain juga ada da'i² yang hanya banyak mengajak jama'ahnya tertawa tidak ada di sebutkan Qolallah wa Qola Rasulullah Wa qola sahabah, majelis-majelis seperti ini bukanlah majelis ilmu yang berkah melainkan majelis yang kosong dari faedah.
Allah berfirman yg artinya:
“Katakanlah, “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah, “Ta’atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir.” (QS. Ali Imran: 31-32)
Dalam isi ayat di atas jelas Allah katakan, bahwa siapa saja yang ingin dicintai Allah, di ridhoi Allah maka kita harus mengikuti semua tuntunan Rasulullah tanpa terkecuali, baik dalam tata cara ibadah, cara berdakwah, cara menasehati pemimpin atau menasehati manusia secara umum (bermuamalah), menerapkan adab dan akhlak, apa lagi dalam masalah aqidah.
Maka seharusnya kita pelajari, ayo mencari ilmu baru beramal dengannya.
Wallahu a'lam.
• Lihat: https://muslim.or.id/262-agama-adalah-nasihat-1.html
Agama adalah Nasehat, nasehat dalam bahasa arab disini bermakna ketulusan. (Ustadz. Dzulqarnain M. Sunusi)
Imam Khaththabi rahimahullah menjelaskan arti kata “nashaha” sebagaimana dinukil oleh Imam Nawawi rahimahullah, “Dikatakan bahwa “nashaha” diambil dari “nashahtu al-‘asla”, apabila saya menyaring madu agar terpisah dari lilinnya sehingga menjadi murni dan bersih, mereka mengumpamakan pemilihan kata-kata agar tidak berbuat kesalahan dengan penyaringan madu agar tidak bercampur dengan lilinnya. (Lihat: https://almanhaj.or.id/1832-pengertian-nasehat.html)
Jadi didalam menasehati (berdakwah) itu bukan hanya sekedar menurut kita baik saja, nasehat itu harus di lakukan tulus/ikhlas tak ada kotoran² syirik seperti ingin di anggap baik karena manusia, ingin dipuji manusia semata, karena tanpa ketulusan karena Allah nasehat tidaklah berarti sama sekali. Dalam menasehati haruslah jujur karena Allah, menjaga amanah ilmu, menerapkan metode/cara² yang telah dicontohkan Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dan para Sahabat, tidak menghendaki kebaikan kecuali memang ikhlas semata mengharapkan balasan pahala dari Allah Ta'ala, dengan cara² yang juga di ridhoi Allah Ta'ala yaitu dengan cara² yang hikmah.
Banyak orang menasehati ingin agar tersebarnya kebaikan tetapi dengan cara² yang bertentangan dengan syariat Allah, contoh: seseorang berdakwah dengan musik. Wallahi itu bukanlah cara yang baik dan benar, jika memang perbuatan itu baik sudah pasti dahulu Rasulullah Shalallahu alaihi wasallamdan para Sahabat telah mendahului kita dalam melakukannya.
Banyak orang mengabaikan bahkan tidak mengetahui di dalam suatu majelis ada cara² yang bertentangan dengan syariat, seperti seorang khotib naik mimbar dengan memprovokasi ummat untuk memberontak (baca: demo) kepada pemimpin negara, dilain majelis dia membuat majelis seperti panggung sandiwara berhias dengan retorika indah namun melakukan berbagai penyimpangan dalam dakwah tidak pernah menyampaikan kalam ulama dia hanya menyampaikan apa yg ada di benaknya, juga biasanya seorang da'i mengadakan tausiyah dimana dalam tausiyah tersebut bukanlah firman Allah dan sabda rasulullah yang dibahas melainkan bercerita tentang Cerita² tahayul dan khurafat/mimpi, dan yang lain juga ada da'i² yang hanya banyak mengajak jama'ahnya tertawa tidak ada di sebutkan Qolallah wa Qola Rasulullah Wa qola sahabah, majelis-majelis seperti ini bukanlah majelis ilmu yang berkah melainkan majelis yang kosong dari faedah.
Allah berfirman yg artinya:
“Katakanlah, “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah, “Ta’atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir.” (QS. Ali Imran: 31-32)
Dalam isi ayat di atas jelas Allah katakan, bahwa siapa saja yang ingin dicintai Allah, di ridhoi Allah maka kita harus mengikuti semua tuntunan Rasulullah tanpa terkecuali, baik dalam tata cara ibadah, cara berdakwah, cara menasehati pemimpin atau menasehati manusia secara umum (bermuamalah), menerapkan adab dan akhlak, apa lagi dalam masalah aqidah.
Maka seharusnya kita pelajari, ayo mencari ilmu baru beramal dengannya.
Wallahu a'lam.
Sabtu, 28 September 2019
Pengunduh Video Facebook Online Gratis + konversi
Pengunduh video Facebook online gratis
Getfvid adalah salah satu alat terbaik yang tersedia online untuk mengkonversi video dari Facebook ke file mp4 (video) atau mp3 (audio) dan mengunduhnya secara gratis - layanan ini berfungsi untuk komputer, tablet, dan perangkat seluler.
Yang perlu Anda lakukan adalah memasukkan URL di kotak teks yang disediakan dan menggunakan tombol berlabel "Unduh" untuk mengunduh video dalam format yang tersedia.
Penggunaan situs web kami gratis dan tidak memerlukan perangkat lunak atau pendaftaran apa pun.
Selamat bersenang-senang dan nikmati penggunaan situs web kami.
Baca selengkapnya di: https://www.getfvid.com
Getfvid adalah salah satu alat terbaik yang tersedia online untuk mengkonversi video dari Facebook ke file mp4 (video) atau mp3 (audio) dan mengunduhnya secara gratis - layanan ini berfungsi untuk komputer, tablet, dan perangkat seluler.
Yang perlu Anda lakukan adalah memasukkan URL di kotak teks yang disediakan dan menggunakan tombol berlabel "Unduh" untuk mengunduh video dalam format yang tersedia.
Penggunaan situs web kami gratis dan tidak memerlukan perangkat lunak atau pendaftaran apa pun.
Selamat bersenang-senang dan nikmati penggunaan situs web kami.
Baca selengkapnya di: https://www.getfvid.com
Jumat, 20 September 2019
Hati mereka sangat mulia namun kita tak pernah atau kurang menghargainya.
Bismilláhirrahmánirrahím
Hati mereka sangat mulia namun kita tak pernah menghargainya.
Mereka (para usátidzah atau guru-guru agama kita) adalah orang yang Allah karuniakan kepada kita, janganlah kita sia-siakan mereka, selagi mereka ada di dekat kita selagi mereka belum pergi meninggalkan kita untuk selama-lamanya, hadirilah dengan ikhlas majelis ilmunya, ambillah ilmu mereka, hargailah mereka, maka seharusnya kita juga berterima kasih kepada mereka dan mendoakan mereka. Ketahuilah mereka tidak mengharapkan gaji sepeser pun dari rezeki kita, andaikan mereka orang yang kaya raya niscaya merekalah yang akan berusaha menyodorkan makanan bagi rohani dan jasmani kita. Hati mereka mulia namun kita yang hina tak pernah menyadarinya.
Sungguh, Allah Subhanahu wa Ta'ala menurunkan ilmu melalui orang-orang mulia seperti mereka, apakah kita tidak mau mengambilnya dan mengabaikannya begitu saja dengan berleha-leha setelah kita mengetahui jalan kebenaran?
Kita membaca ayat "Shirothol ladzi na-an'amta 'alaihim, ghoiril maghdhubi 'alaihim, waladh-dholliin." namun kita juga yang berpaling berarti kita masuk ke dalam ayat ini. Na'udzubillahi min dzalik.
Hayatilah ayat tersebut dengan baik, niscaya kita menyadari kesesatan itu tidak hanya bagi orang yahudi dan nashrani tetapi selelah kita meminta di tunjukkan jalan yang lurus ternyata kita malah terjebak dalam salah satu sifat yahudi atau nashrani. Na'udzubillahi mindzalik.
Kembalilah ke majelis ilmu wahai sahabatku. Guru dan sahabatmu merindukanmu.
_______________
Tebas, 21 Muharram 1441 H
Jum'at 20 September 2019 M
📷 Penulis alfakir: Hendra ibni Bahrayni
Rabu, 04 September 2019
Beberapa Keutamaan Menghadiri Majelis Ilmu Di Masjid
بسم الله الرحمن الرحيم
🎙1.Dimudahkan jalannya menuju surga.
Orang yang keluar dari rumahnya menuju masjid untuk menuntut ilmu syar’i, maka ia sedang menempuh jalan menuntut ilmu. Padahal Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
مَن سلَك طريقًا يطلُبُ فيه عِلْمًا، سلَك اللهُ به طريقًا مِن طُرُقِ الجَنَّةِ
“Barangsiapa menempuh jalan menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan jalannya untuk menuju surga” (HR. At Tirmidzi no. 2682, Abu Daud no. 3641, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abu Daud).
🎙2. Mendapatkan ketenangan, rahmat dan dimuliakan para Malaikat.
Orang yang mempelajari Al Qur’an di masjid disebut oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam akan mendapat ketenangan, rahmat dan pemuliaan dari Malaikat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda,
وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَه
“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah dari rumah-rumah Allah (masjid) membaca Kitabullah dan saling mempelajarinya, melainkan akan turun kepada mereka sakinah (ketenangan), mereka akan dinaungi rahmat, mereka akan dilingkupi para malaikat dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di sisi para makhluk yang dimuliakan di sisi-Nya” (HR. Muslim no. 2699).
Makna dari وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ“mereka akan dilingkupi para malaikat“, dijelaskan oleh Al Mula Ali Al Qari:
مَعْنَاهُ الْمَعُونَةُ وَتَيْسِيرُ الْمُؤْنَةِ بِالسَّعْيِ فِي طَلَبِهِ
“Maknanya mereka akan ditolong dan dimudahkan dalam upaya mereka menuntut ilmu” (Mirqatul Mafatih, 1/296).
🎙3. Merupakan jihad fi sabilillah.
Orang yang berangkat ke masjid untuk menuntut ilmu syar’i dianggap sebagai jihad fi sabilillah. Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
مَن دخَل مسجِدَنا هذا لِيتعلَّمَ خيرًا أو يُعلِّمَه كان كالمُجاهِدِ في سبيلِ اللهِ ومَن دخَله لغيرِ ذلكَ كان كالنَّاظرِ إلى ما ليس له
“Barangsiapa yang memasuki masjid kami ini (masjid Nabawi) untuk mempelajari kebaikan atau untuk mengajarinya, maka ia seperti mujahid fi sabilillah. Dan barangsiapa yang memasukinya bukan dengan tujuan tersebut, maka ia seperti orang yang sedang melihat sesuatu yang bukan miliknya” (HR. Ibnu Hibban no. 87, dihasankan Al Albani dalam Shahih Al Mawarid, 69).
🎙4. Dicatat sebagai orang yang shalat hingga kembali ke rumah.
Jika seorang berangkat ke masjid berniat untuk shalat, kemudian setelah shalat ada pengajian (majelis ilmu), maka selama ia berada di majelis ilmu dan selama ada di masjid, ia terus dicatat sebagai orang yang sedang shalat hingga kembali ke rumah.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
إذا تَوضَّأَ أحدُكُم في بيتِهِ ، ثمَّ أتَى المسجدَ ، كان في صلاةٍ حتَّى يرجعَ ، فلا يفعلْ هكَذا : و شبَّكَ بينَ أصابعِهِ
“Jika seseorang berwudhu di rumah, kemudian mendatangi masjid, maka ia terus dicatat sebagai orang yang shalat hingga ia kembali. Maka janganlah ia melakukan seperti ini.. (kemudian beliau mencontohkan tasybik dengan jari-jarinya)” (HR. Al Hakim no. 744, Ibnu Khuzaimah, no. 437, dishahihkan Al Albani dalam Irwaul Ghalil, 2/101).
Tasybik adalah menjalin jari-jemari.
🎙5. Dicatat amalannya di ‘illiyyin.
Jika seorang berangkat ke masjid berniat untuk shalat, kemudian setelah shalat ada pengajian (majelis ilmu) hingga waktu shalat selanjutnya (semisal pengajian antara maghrib dan isya), maka ia terus dicatat amalan kebaikan yang ia lakukan di masjid, di ‘illiyyin.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
صلاةٌ في إثرِ صلاةٍ لا لغوَ بينَهما كتابٌ في علِّيِّينَ
“Seorang yang setelah selesai shalat (di masjid) kemudian menetap di sana hingga shalat berikutnya, tanpa melakukan laghwun (kesia-siaan) di antara keduanya, akan dicatat amalan tersebut di ‘illiyyin” (HR. Abu Daud no. 1288, dihasankan Al Albani dalam Shahih Abu Daud).
Dijelaskan oleh Syaikh Sulaiman bin Amir Ar Ruhaili hafizhahullah:
والكتاب في العلِّيِّينَ كتاب لا يكسر و يفتح إلى يوم القيامة محفوظ لا ينقص منه شيئ
“Catatan amal di ‘illiyyin adalah catatan amal yang tidak akan rusak dan tidak akan dibuka hingga hari kiamat, tersimpan awet, tidak akan terkurangi sedikit pun”
Dan tentu saja orang yang menuntut ilmu di masjid akan mendapat semua keutamaan menuntut ilmu secara umum yang ini jumlahnya banyak sekali.
Semoga Allah Ta’ala menambahkan semangat kepada untuk terus menuntut ilmu syar’i, terutama di zaman penuh syubuhat dan fitnah ini.
Semoga Allah memberi taufik.
***
• Faidah dari kajian Fiqhu Al Mashalih wal Mafasid, oleh Syaikh Sulaiman bin Amir Ar Ruhaili
Penulis: Ustadz Yulian Purnama حفظه الله
copas dari Artikel: Muslim.Or.Id
https://muslim.or.id/39642-keutamaan-menghadiri-majelis-ilmu-di-masjid.html
Selasa, 03 September 2019
Jalan Selamat Dunia Dan Akhirat Adalah Mengikuti Cara Beragamanya Para Sahabat
بسم الله الرحمن الرحيم
Di zaman sekarang musuh-musuh islam dan orang-orang munafik Islam dari dalam (ahlul bid'ah Syi'ah, liberal dan pengikut2 mereka) semakin gencar dan semakin membahayakan bagi anak mau pun orang tua, mereka menyusupkan aqidah² batil dan kufur setiap saat tanpa peduli siang atau malam, dimana saja mereka berada, di kota di desa, lewat tivi bahkan tidak diragukan lagi lewat gadget (internet yg di kosumsi seluruh manusia tua mau pun yg muda) jika kita tidak membentengi diri dengan ilmu agama (menuntut ilmu) maka pasti kita akan terbawa arus kemoderenan dan berbagai penyesatan bahkan sampai ke level kemurtadan, na'udzubillahi min dzalik.
Pernahkan kita merenungi bagaimana busuk dan liciknya permusuhan orang-orang kuffar kepada islam semenjak para Nabi dan Rasul di utus? mereka tak-akan pernah diam dan membiarkan Islam bangkit setelah petunjuk dari Alah itu sampai di negeri kita,
Allah Ta'ala berfirman,
ولن ترضى عنك اليهود ولا النصارى حتى تتبع ملتهم قل إن هدى الله هو الهدى ولئن اتبعت أهواءهم بعد الذي جاءك من العلم ما لك من الله من ولي ولا نصير
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang dengan kamu sampai kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah sepenuhnya petunjuk” yang benar. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu." (QS. Al-Baqarah: 120)
maka dari itu janganlah kita meninggalkan yang namanya belajar ilmu syar'i, karena dengan ilmu kita jadi bisa mengetahui apa yang jelas benar itu sudah jelas, dan yang jelas salah itu jelas salah, dalam agama kita tidak ada yang namanya tidak jelas, semua sudah Allah jelaskan melalui lisan NabiNya (hadits) dan apa yang telah di praktekkan oleh para sahabat radhiyallahu'anhum ajma'in. maka kita hanya mengikuti mereka dengan baik dan benar. inilah amalan orang² yang ingin selamat dunia dan akhirat.
Rasulullah sallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تَرَكْتُ فِيكُمْ مَا إِنْ تَمَسَّكْتُمْ بِهِ لَنْ تَضِلُّوا بَعْدِي أَبَدًا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّتِيْ
“Aku tinggalkan untuk kalian sesuatu. Jika kalian berpegang teguh kepadanya, kalian tidak akan sesat selama-lamanya, yaitu Kitab Allah dan Sunnahku” (Diriwayatkan Imam Malik dan yang lainnya, dihasankan oleh Syaikh Al-Albani)
Allah berfirman di dalam Al-Quran,
مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ
“Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah.” [An-Nisaa`:80].
kebenaran hanya satu, yaitu jalan Al-Quran dan As-Sunnah. Karena keduanya sama-sama dari Allah dan fungsi As-Sunnah menjelaskan Al-Quran dan merinci yang global darinya, maka hakikat keduanya merupakan satu kesatuan, satu jalan kebenaran.
Allahu a'lam.
Penulis Al-Fakir: Hendra @ibnibahrayni
Selasa, 03 September 2019 - Tebas (Kalimantan Barat)
Sabtu, 31 Agustus 2019
SIAPA YANG MEMBENCI KEBAIKAN MAKA DIA AKAN TERJATUH PADA KEBURUKAN
Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
مَنْ رَغِبَ عَنْ إِنْفَاقِ مَالِهِ فِي طَاعَةِ اللَّهِ ابْتُلِيَ بِإِنْفَاقِهِ لِغَيْرِ اللَّهِ وَهُوَ رَاغِمٌ.
"Siapa yang tidak suka membelanjakan hartanya untuk ketaatan kepada Allah, maka dia akan ditimpa dengan membelanjakannya untuk selain Allah dalam keadaan dia tidak menyukainya.
وَكَذَلِكَ مَنْ رَغِبَ عَنِ التَّعَبِ لِلَّهِ ابْتُلِيَ بِالتَّعَبِ فِي خِدْمَةِ الْخَلْقِ وَلَا بُدَّ.
Demikian juga siapa yang tidak suka keletihan untuk Allah, maka dia akan ditimpa dengan keletihan untuk melayani makhluk, mau tidak mau.
وَكَذَلِكَ مَنْ رَغِبَ عَنِ الْهَدْيِ بِالْوَحْيِ، ابْتُلِيَ بِكُنَاسَةِ الْآرَاءِ وَزِبَالَةِ الْأَذْهَانِ، وَوَسَخِ الْأَفْكَارِ.
Demikian juga siapa yang tidak suka dengan petunjuk yang berasal dari wahyu, maka dia akan ditimpa dengan pendapat yang kotor, sampah pikiran, dan limbah pemikiran.
فَلْيَتَأَمَّلْ مَنْ يُرِيدُ نُصْحَ نَفْسِهِ وَسَعَادَتَهَا وَفَلَاحَهَا هَذَا الْمَوْضِعَ فِي نَفْسِهِ وَفِي غَيْرِهِ.
Maka siapa saja yang menginginkan kebaikan, kebahagiaan, dan keberuntungan untuk dirinya, hendaklah dia memperhatikan hal ini pada dirinya dan pada orang lain."
[Madarijus Salikin, jilid 1 hlm. 184]
📚 Sumber || https://telegram.me/fawaz_almadkali
Minggu, 18 Agustus 2019
بسم الله الرحمن الرحيم
#FaedahDiantara bentuk akhlak yang baik di dalam islam adalah minta izin sebelum kita bertamu ke rumah teman atau kerabat kita.
Kenapa?
Karena bisa jadi ada hal yang bila dilihat oleh kita maka si tuan rumah merasa kurang suka atau tidak suka.
Bahkan ketika kita mengucapkan salam di depan pintu pun diantara adabnya adalah tidak langsung menghadap lurus ke dalam rumah, akan tetapi menyamping dan menghadap ke arah lain.
Akhlak seperti ini lebih mengena di hati orang lain dan akan membuat mereka semakin ingin dekat dengan islam dan sunnah.
Bayangkan saja seandainya kita berkunjung ke rumah teman namun ternyata kita dapati ia sedang melakukan (mohon maaf) kemaksiatan yang masih belum bisa ia tinggalkan atau mengenakan pakaian namun masih menampakkan auratnya atau aibnya, maka sungguh akan sangat terkejutnya teman kita itu dan justru akan membuat dirinya semakin jauh dari jangkauan kita.
Indahnya keteladanan yang diajarkan Rasulullah ~
_______________
Penulis: Ustadz Abu Lailah Grivaldy حفظه الله
Jumat, 09 Agustus 2019
Beginilah Ilmu Agama Ditelantarkan!
بسم الله الرحمن الرحيم
Beginilah Ilmu Agama Ditelantarkan!
Salah satu wejangan sahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu adalah kisah beliau ketika seorang berkata kepadanya, “Abu Hurairah, sungguh saya ingin mempelajari ilmu agama, tapi aku khawatir menelantarkan dan tak mengamalkannya!” Mendengar ucapan orang itu, Abu Hurairah lantas menjawab,
مَا أَنْتَ بِوَاجِدٍ شَيْئًا أَضْيَعُ لَهُ مِنْ تَرْكِهِ
“Justru dengan tidak mempelajari ilmu agama engkau telah menelantarkannya.” [Taarikh Dimasyq 67/367]
Sungguh tepat jawaban Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu. Sebuah jawaban yang keluar dari lentera ilmu yang diwarisi dari sang pendidik umat, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Keraguan yang dialami oleh pria tersebut adalah keraguan yang juga dialami sebagian besar orang saat ini, yaitu keraguan yang mendorong mereka untuk tidak menuntut ilmu agama karena beralasan khawatir menelantarkan dan tidak mengamalkan ilmu yang telah dipelajari; serta tidak ingin memperbanyak hujjah Allah atas diri mereka. Padahal tidak mempelajari ilmu agama bukanlah obat dan penyembuh. Justru menuntut ilmu agama itulah yang mendorong untuk konsisten beramal dan menjadi tangga hamba untuk meraih takwa dan khasyah (takut) kepada Allah ta’ala.
Permasalahannya, sebagian orang tergesa-gesa ingin merasakan buah ilmu agama dan menyangka hasilnya datang secara instan! Ketergesan-gesaan ini bukanlah barang baru karena telah diisyaratkan oleh Ibnu al-Jauzi rahimahullah. Beliau mengatakan,
وبالعلم يتقوم قصد العلم ، كَمَا قَالَ يَزِيد بْن هرون : طلبنا العلم لغير اللَّه ، فأبى إلا أن يكون لله ، ومعناه أنه دلنا عَلَى الإخلاص ، ومن طالب نفسه بقطع مَا فِي طبعه لم يمكنه
“Ilmu agama itulah yang akan meluruskan niat menuntut ilmu seperti perkataan Yaziid bin Haruun, ‘Dahulu kami menuntut ilmu agama untuk selain ridha Allah. Namun, ia enggan kecuali dipelajari hanya untuk Allah semata. Artinya, ilmu agama itulah yang membimbing kami pada keikhlasan. Setiap orang yang menuntut jiwanya untuk menghentikan apa yang telah menjadi karakternya, niscaya takkan berhasil." [Talbiis Ibliis 1/284]
Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,
“Tidaklah tercela setiap orang yang menuntut ilmu agama atau melakukan kebaikan semata-mata karena memang jiwanya senang melakukan perbuatan itu, meski dilakukan bukan karena Allah atau selain-Nya. Terkadang dia justru memperoleh ganjaran pahala dari Allah dengan beragam jenisnya, entah dengan adanya penambahan atau ganjaran semisal sehingga bisa dimanfaatkan di dunia.
Seandainya setiap perbuatan baik yang tidak dilakukan karena Allah itu tercela, tentulah orang kafir tidak akan diberi rezeki oleh Allah atas kebajikan yang diperbuatnya di dunia, karena kebajikannya bernilai keburukan karena dianggap tercela! Dan boleh jadi salah satu manfaatnya di dunia adalah Allah kelak akan membimbingnya sehingga kelak mendekatkan diri kepada Allah dengan perbuatan itu. Inilah arti perkataan sebagian alim ulama, ‘Dahulu kami mempelajari agama karena selain Allah, tapi ia enggan kecuali hanya diniatkan untuk Allah’ dan juga perkataan ‘Aktivitas mereka dalam mempelajari agama itu sendiri butuh niat’, artinya aktivitas mempelajari agama yang dilakukan mereka adalah kebaikan yang kelak akan memberi manfaat.
Demikianlah perkataan-perkataan alim ulama perihal ilmu agama, karena ilmu agama sejatinya berfungsi mengarahkan dan membimbing. Apabila seseorang mempelajari ilmu agama karena semula terdorong rasa cinta, kelak dia akan mencapai keihklasan, karena keikhlasan hanya tercapai dengan ilmu agama. Meskipun dahulu aktivitasnya menuntut ilmu agama tidak berangkat dari keikhlasan, niscaya dia pun kelak mencapainya.” [al-Mustadrak ‘alaa Majmuu’ al-Fataawaa 3/104; dikutip dari al-Furuu’ 1/524]
Tujuan dari uraian ini adalah hendaknya setiap orang yang mengalami keraguan seperti yang dialami oleh orang yang bertanya pada Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu di atas, mengobati keraguan itu dengan tetap menuntut ilmu agama yang insya Allah justru akan menambah semangat kita untuk melakukan amal kebajikan dan meluruskan niat.
Wallahu ta’ala a’lam.
♻ Silakan disebarluaskan
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
Telegram: t.me/ayobelajartauhid
Broadcast harian via WA: bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
____________________
Tulisan diatas dicopas dari broadcast team ayo belajar tauhid via WA, kemudian ada niat saya (pemilik blog ini) untuk meng-copy pastenya ke blog saya ini. Semoga bermanfaat. Silahkan share
Beginilah Ilmu Agama Ditelantarkan!
Salah satu wejangan sahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu adalah kisah beliau ketika seorang berkata kepadanya, “Abu Hurairah, sungguh saya ingin mempelajari ilmu agama, tapi aku khawatir menelantarkan dan tak mengamalkannya!” Mendengar ucapan orang itu, Abu Hurairah lantas menjawab,
مَا أَنْتَ بِوَاجِدٍ شَيْئًا أَضْيَعُ لَهُ مِنْ تَرْكِهِ
“Justru dengan tidak mempelajari ilmu agama engkau telah menelantarkannya.” [Taarikh Dimasyq 67/367]
Sungguh tepat jawaban Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu. Sebuah jawaban yang keluar dari lentera ilmu yang diwarisi dari sang pendidik umat, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Keraguan yang dialami oleh pria tersebut adalah keraguan yang juga dialami sebagian besar orang saat ini, yaitu keraguan yang mendorong mereka untuk tidak menuntut ilmu agama karena beralasan khawatir menelantarkan dan tidak mengamalkan ilmu yang telah dipelajari; serta tidak ingin memperbanyak hujjah Allah atas diri mereka. Padahal tidak mempelajari ilmu agama bukanlah obat dan penyembuh. Justru menuntut ilmu agama itulah yang mendorong untuk konsisten beramal dan menjadi tangga hamba untuk meraih takwa dan khasyah (takut) kepada Allah ta’ala.
Permasalahannya, sebagian orang tergesa-gesa ingin merasakan buah ilmu agama dan menyangka hasilnya datang secara instan! Ketergesan-gesaan ini bukanlah barang baru karena telah diisyaratkan oleh Ibnu al-Jauzi rahimahullah. Beliau mengatakan,
وبالعلم يتقوم قصد العلم ، كَمَا قَالَ يَزِيد بْن هرون : طلبنا العلم لغير اللَّه ، فأبى إلا أن يكون لله ، ومعناه أنه دلنا عَلَى الإخلاص ، ومن طالب نفسه بقطع مَا فِي طبعه لم يمكنه
“Ilmu agama itulah yang akan meluruskan niat menuntut ilmu seperti perkataan Yaziid bin Haruun, ‘Dahulu kami menuntut ilmu agama untuk selain ridha Allah. Namun, ia enggan kecuali dipelajari hanya untuk Allah semata. Artinya, ilmu agama itulah yang membimbing kami pada keikhlasan. Setiap orang yang menuntut jiwanya untuk menghentikan apa yang telah menjadi karakternya, niscaya takkan berhasil." [Talbiis Ibliis 1/284]
Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,
“Tidaklah tercela setiap orang yang menuntut ilmu agama atau melakukan kebaikan semata-mata karena memang jiwanya senang melakukan perbuatan itu, meski dilakukan bukan karena Allah atau selain-Nya. Terkadang dia justru memperoleh ganjaran pahala dari Allah dengan beragam jenisnya, entah dengan adanya penambahan atau ganjaran semisal sehingga bisa dimanfaatkan di dunia.
Seandainya setiap perbuatan baik yang tidak dilakukan karena Allah itu tercela, tentulah orang kafir tidak akan diberi rezeki oleh Allah atas kebajikan yang diperbuatnya di dunia, karena kebajikannya bernilai keburukan karena dianggap tercela! Dan boleh jadi salah satu manfaatnya di dunia adalah Allah kelak akan membimbingnya sehingga kelak mendekatkan diri kepada Allah dengan perbuatan itu. Inilah arti perkataan sebagian alim ulama, ‘Dahulu kami mempelajari agama karena selain Allah, tapi ia enggan kecuali hanya diniatkan untuk Allah’ dan juga perkataan ‘Aktivitas mereka dalam mempelajari agama itu sendiri butuh niat’, artinya aktivitas mempelajari agama yang dilakukan mereka adalah kebaikan yang kelak akan memberi manfaat.
Demikianlah perkataan-perkataan alim ulama perihal ilmu agama, karena ilmu agama sejatinya berfungsi mengarahkan dan membimbing. Apabila seseorang mempelajari ilmu agama karena semula terdorong rasa cinta, kelak dia akan mencapai keihklasan, karena keikhlasan hanya tercapai dengan ilmu agama. Meskipun dahulu aktivitasnya menuntut ilmu agama tidak berangkat dari keikhlasan, niscaya dia pun kelak mencapainya.” [al-Mustadrak ‘alaa Majmuu’ al-Fataawaa 3/104; dikutip dari al-Furuu’ 1/524]
Tujuan dari uraian ini adalah hendaknya setiap orang yang mengalami keraguan seperti yang dialami oleh orang yang bertanya pada Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu di atas, mengobati keraguan itu dengan tetap menuntut ilmu agama yang insya Allah justru akan menambah semangat kita untuk melakukan amal kebajikan dan meluruskan niat.
Wallahu ta’ala a’lam.
♻ Silakan disebarluaskan
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
Telegram: t.me/ayobelajartauhid
Broadcast harian via WA: bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
____________________
Tulisan diatas dicopas dari broadcast team ayo belajar tauhid via WA, kemudian ada niat saya (pemilik blog ini) untuk meng-copy pastenya ke blog saya ini. Semoga bermanfaat. Silahkan share
Minggu, 04 Agustus 2019
Tips Mengetahui Teman Yang Sholih
بسم الله الرحمن الرحيم
"TIPS MENGETAHUI TEMAN YANG SHOLIH." Oleh: Syaikh Prof. Dr. Sulaiman ar-Ruhaili -hafidzhahullahu Ta'ala-
کيف أعرف أن جليسى صالح و نافع لي؟
Bagaimana caraku mengetahui bahwa temanku itu orang sholih dan berfaedah?
أني إذا جالسته ازددت إيمانا
Yaitu ketika saya duduk dengannya, iman ku bertambah
إذا قمت من مجلسه أجد في نفسي
Ketika saya berpisah dengannya, ku dapati diriku
زيادة في خوفي من الله ورجائي ما عند الله
Bertambah takut dan bertambah harap kepada Allah
هذا الصاحب إذا وجدته فعض عليه بالنواجذ
Jika engkau dapati seorang teman yang seperti ini, jaga baik-baik, pegangi erat-erat
فإنه أندر من الكبريت الأحمر
Karena teman model seperti ini lebih langka dari belalang merah
خاصة في زماننا
Terlebih di zaman ini
للأسف حتى كثير من طلاب العلم
Namun yang disayangkan, banyak kalangan dari penuntut ilmu,
تلقاه فتخرج من مجلسه وقد نقص إيمانك
Yang apabila engkau baru selesai bermajelis dengannya (duduk-duduk atau bersamanya disuatu tempat), iman mu malah berkurang
تكون قبل أن تجلس معه صاحب همة وصاحب طاعة
Sebelum engkau duduk bersamanya, semangatmu tinggi dan taat
وإذا جالسته بدأ يضعف عملك و يضعف إيمانك
Akan tetapi setelah engkau duduk bersamanya, amal dan imam mu melemah
احذر وانتبه!
WASPADALAH!
فليست العبرة بكثرة الكلام وليست العبرة بالجاه
Mencari teman, tidak harus yang pandai berbicara atau berkedudukan mulia
وإنما العبرة بالعلم النافع
Akan tetapi yang menjadi barometer utama adalah ilmu yang bermanfaat
الذي ينفع صاحبه و ينفع مجالس صاحبه
Yang bermanfaat untuk pemiliknya dan teman-teman pemiliknya
ولهذا يا إخوة
Oleh karenanya Wahai saudaraku
هذا ميزان لمعرفة الصاحب
Inilah barometer untuk memilih seorang teman
مما ينقي خوفك من الله
Seorang teman yang dapat menumbuhkan rasa takutmu kepada Allah
ويزكي نفسك
Dan membuat dirimu kian suci
أن تجالس الأخيار
Bertemanlah dengan orang-orang pilihan
الذين إذا رأيتهم ارتفعت همتك
Yang dengan memandangnya saja, engkau termotivasi
وإذا سمعتهم زاد إيمانك
Dengan mendengar ucapannya, iman mu bertambah
إن رأوك في غفلة ذكروك
Apabila mereka melihatmu sedang lalai, mereka segera mengingatkanmu
و إن رأوك على معصية زجروك وستروك
Dan apabila mereka melihatmu bermaksiat, mereka berusaha mencegah dan menutupi aib mu
وإن رأوك على طاعة شجعوك
Dan apabila mereka melihatmu sedang melakukan ketaatan, mereka terus memotivasi mu
نسأل الله أن يزكينا جميعا
Kita memohon kepada Allah agar mensucikan hati kita semua
_________
Lihat video: https://youtu.be/3G7DH7hAkMQ
Ditranskrip dari video shahihfiqih.com oleh: Hendra ibni Bahrayni. | Senin 12:37AM - Tebas, 5 Agustus 2019.
♻ Silahkan disebarluaskan, dilarang mengubah tulisan diatas.
Rabu, 24 Juli 2019
Link Download E-Book Sirah Sahabat Radhiyallahu 'Anhum ajma'in
E-Book Sirah Sahabat Radhiyallahu 'Anhum ajma'in
📝 Judul: Sahabat-sahabat Rasulullah shalallahu alaihi wassalam (jilid 1 sampai jilid 4)
.
Link download:
.
Jilid 1 : https://jmp.sh/v/CMi0ssv66gcqcAaqXBys
.
Jilid 2 : https://jmp.sh/v/tZeGNdjbN90DtHSUHZ28
.
Jilid 3 : https://jmp.sh/v/HwpLOzzsRUK42XpXzSYQ
.
Jilid 4 : https://jmp.sh/v/mASpCUn6Tgp7rTzmGUo6
.
Mengetahui dan memahami Sirah sahabat ini sangat penting bagi seorang muslim atau seorang muslimah, karena di dalam surat At-Taubah [9] ayat 100 Allah subhanahu wa Ta'ala berfirman,
.
وَالسّٰبِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهٰجِرِينَ وَالْأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسٰنٍ رَّضِىَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِى تَحْتَهَا الْأَنْهٰرُ خٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا ۚ ذٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
.
"Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Ansar *da orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung."
.
Syarah singkat
.
Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram)
.
100. وَالسّٰبِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهٰجِرِينَ وَالْأَنصَارِ
.
(Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar) Ini merupakan kesaksian dari Allah bagi orang-orang yang pertama-tama masuk islam dari kalangan sahabat Nabi, dan kabar gembira bagi mereka berupa surga dan kemenangan di akhirat. Dan ini juga merupakan kabar gembira bagi orang yang manempuh jalan mereka (yakni jalan/manhaj/metode/cara beragama) para sahabat) dan menjadikan mereka sebagai panutan dan teladan.
.
Referensi: https://tafsirweb.com/3116-surat-at-taubah-ayat-100.html
.
Penyusun: Ibnbahrayni.blogspot.com
.
♻ Silahkan disebarluaskan
📝 Judul: Sahabat-sahabat Rasulullah shalallahu alaihi wassalam (jilid 1 sampai jilid 4)
.
Link download:
.
Jilid 1 : https://jmp.sh/v/CMi0ssv66gcqcAaqXBys
.
Jilid 2 : https://jmp.sh/v/tZeGNdjbN90DtHSUHZ28
.
Jilid 3 : https://jmp.sh/v/HwpLOzzsRUK42XpXzSYQ
.
Jilid 4 : https://jmp.sh/v/mASpCUn6Tgp7rTzmGUo6
.
Mengetahui dan memahami Sirah sahabat ini sangat penting bagi seorang muslim atau seorang muslimah, karena di dalam surat At-Taubah [9] ayat 100 Allah subhanahu wa Ta'ala berfirman,
.
وَالسّٰبِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهٰجِرِينَ وَالْأَنصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُم بِإِحْسٰنٍ رَّضِىَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنّٰتٍ تَجْرِى تَحْتَهَا الْأَنْهٰرُ خٰلِدِينَ فِيهَآ أَبَدًا ۚ ذٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
.
"Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Ansar *da orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung."
.
Syarah singkat
.
Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram)
.
100. وَالسّٰبِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهٰجِرِينَ وَالْأَنصَارِ
.
(Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar) Ini merupakan kesaksian dari Allah bagi orang-orang yang pertama-tama masuk islam dari kalangan sahabat Nabi, dan kabar gembira bagi mereka berupa surga dan kemenangan di akhirat. Dan ini juga merupakan kabar gembira bagi orang yang manempuh jalan mereka (yakni jalan/manhaj/metode/cara beragama) para sahabat) dan menjadikan mereka sebagai panutan dan teladan.
.
Referensi: https://tafsirweb.com/3116-surat-at-taubah-ayat-100.html
.
Penyusun: Ibnbahrayni.blogspot.com
.
♻ Silahkan disebarluaskan
MENCATAT MERUPAKAN ADAB DALAM MENUNTUT ILMU.
📌 https://t.me/rodjaofficial/253
Salah satu adab terpenting dalam menuntut ilmu adalah mencatat. Ini merupakan perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
قَيِّدُوا الْعِلْمَ بِالْكِتَابِ
“Ikatlah ilmu dengan dengan menulisnya”
Secara umum, adab terbagi menjadi tiga macam. Pertama, adab kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Kedua, adab kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ketiga, adab kepada sesama makhluk.
dengan mencatat ilmu akan lebih terikat dan lebih mudah untuk dipahami serta memudahkan para penuntut ilmu untuk mengulang kembali catatan-catatan yang telah ditulisnya.
Senin, 22 Juli 2019
SEMUA BID'AH ADALAH SESAT
▶️ *Semu Bid’ah Adalah Sesat.
※ Semua bid’ah secara istilah, sebagaimana definisi di atas adalah sesat.
Sabda Rasulullah [ﷺ]:
{ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثاَتِ اْلأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ }
“Dan berhati-hatilah kalian dari perkara yang diada-adakan karena setiap bid’ah adalah sesat.” [HR Abu Dawud, atTirmidzi, Ibnu Majah]
Dalam hadits Jabir dinyatakan bahwa Nabi selalu mengulang-ulang ucapan semacam itu pada permulaan-permulaan khutbah beliau baik pada saat Khutbah Jumat atau di waktu lain
❏ Ucapan para Sahabat Nabi:
Ibnu Mas’ud –semoga Allah meridlainya- berkata:
{ اتبَّعِوُا وَلاَ تَبْتَدِعُوا فَقَدْ كُفِيْتُمْ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ }
“Ikutilah (Sunnah Nabi) janganlah melakukan bid’ah, karena sesungguhnya kalian telah dicukupi, dan seluruh bid’ah adalah sesat.” [Diriwayatkan oleh Abu Khoytsam dalam Kitabul Ilm dan Muhammad bin Nashr alMarwazy dalam as-Sunnah]
{ الْإِقْتِصَادُ فِي السُّنَّةِ أَحْسَنُ مِنَ الْاِجْتِهَادِ فِي الْبِدْعَةِ }
“Sederhana di dalam Sunnah lebih baik dibandingkan bersungguh-sungguh di dalam bid’ah.” [Riwayat al-Hakim][¹]
Ibnu Umar –semoga Allah meridlainya- berkata:
{ كلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَإِنْ رَآهَا النَّاسُ حَسَنَةً }
“Semua bid’ah adalah sesat sekalipun manusia memandangnya baik.” [Diriwayatkan oleh al-Baihaqy dalam al-Madkhal dan Muhammad bin Nashr al-Marwazy dalam as-Sunnah]
Muadz bin Jabal –semoga Allah meridlainya- berkata:
{ فَإِياَّكُمْ وَمَا يُبْتَدَعُ فَإِنَّ مَا ابْتُدِعَ ضَلَالَة }
“Berhati-hatilah kalian dari perkara yang diada-adakan, karena perkara yang diada-adakan (dalam Dien) adalah sesat.” [Hilyatul Awliyaa’, 1/233]
Ibnu Abbas –semoga Allah meridlainya- berkata:
“Hendaknya engkau bertakwa kepada Allah dan istiqamah, ikutilah (Sunnah Nabi) jangan berbuat kebid’ahan.” [Diriwayatkan oleh ad-Daarimi]
Hudzaifah bin al-Yaman –semoga Allah meridlainya- berkata:
{ كُلُّ عِبَادَةٍ لَمْ يَتَعَبَّدْ بِهَا أَصْحَابُ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فلاَ تَتَعَبَّدُوْا بِهَا ؛ فَإِنَّ الأَوَّلَ لَمْ يَدَعْ لِلآخِرِ مَقَالاً ؛ فَاتَّقُوا اللهَ يَا مَعْشَرَ القُرَّاءِ ، خُذُوْا طَرِيْقَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ }
“Setiap ibadah yang tidak pernah diamalkan oleh para Sahabat Rasulullah [ﷺ], janganlah kalian beribadah dengannya. Karena generasi pertama tak menyisakan komentar bagi yang belakangan. Maka bertakwalah kalian kepada Allah wahai para pembaca al-Qur’an (orang-orang alim dan yang suka beribadah) dan ikutilah jalan orang-orang sebelummu.” [Diriwayatkan oleh Ibnu Baththah dalam Al Ibanah]
📚[Disalin dari Draft Buku “40 Hadits Pegangan Hidup Muslim (Syarh Arbain an-Nawawiyah)”]
—(▴) Catatan: (▴)—
[¹] Maksudnya, sedikit amalan namun di atas Sunnah (sesuai bimbingan Nabi) lebih baik dibandingkan banyak beramal dan bersungguh-sungguh, namun di atas kebid’ahan.
Url: http://bit.ly/Fw401110 { Judul dari Admin }
📮••••|Edisi| @ukhuwahsalaf / www.alfawaaid.net
// Sumber: Salafy•Or•Id { http://bit.ly/2JGTfRQ } - Penulis: Al-Ustadz Abu Utsman Kharisman hafizhahullah
═══
♻ Silakan disebarluaskan
※ Semua bid’ah secara istilah, sebagaimana definisi di atas adalah sesat.
Sabda Rasulullah [ﷺ]:
{ وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثاَتِ اْلأُمُوْرِ فَإِنَّ كُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ }
“Dan berhati-hatilah kalian dari perkara yang diada-adakan karena setiap bid’ah adalah sesat.” [HR Abu Dawud, atTirmidzi, Ibnu Majah]
Dalam hadits Jabir dinyatakan bahwa Nabi selalu mengulang-ulang ucapan semacam itu pada permulaan-permulaan khutbah beliau baik pada saat Khutbah Jumat atau di waktu lain
❏ Ucapan para Sahabat Nabi:
Ibnu Mas’ud –semoga Allah meridlainya- berkata:
{ اتبَّعِوُا وَلاَ تَبْتَدِعُوا فَقَدْ كُفِيْتُمْ وَكُلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ }
“Ikutilah (Sunnah Nabi) janganlah melakukan bid’ah, karena sesungguhnya kalian telah dicukupi, dan seluruh bid’ah adalah sesat.” [Diriwayatkan oleh Abu Khoytsam dalam Kitabul Ilm dan Muhammad bin Nashr alMarwazy dalam as-Sunnah]
{ الْإِقْتِصَادُ فِي السُّنَّةِ أَحْسَنُ مِنَ الْاِجْتِهَادِ فِي الْبِدْعَةِ }
“Sederhana di dalam Sunnah lebih baik dibandingkan bersungguh-sungguh di dalam bid’ah.” [Riwayat al-Hakim][¹]
Ibnu Umar –semoga Allah meridlainya- berkata:
{ كلُّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَإِنْ رَآهَا النَّاسُ حَسَنَةً }
“Semua bid’ah adalah sesat sekalipun manusia memandangnya baik.” [Diriwayatkan oleh al-Baihaqy dalam al-Madkhal dan Muhammad bin Nashr al-Marwazy dalam as-Sunnah]
Muadz bin Jabal –semoga Allah meridlainya- berkata:
{ فَإِياَّكُمْ وَمَا يُبْتَدَعُ فَإِنَّ مَا ابْتُدِعَ ضَلَالَة }
“Berhati-hatilah kalian dari perkara yang diada-adakan, karena perkara yang diada-adakan (dalam Dien) adalah sesat.” [Hilyatul Awliyaa’, 1/233]
Ibnu Abbas –semoga Allah meridlainya- berkata:
“Hendaknya engkau bertakwa kepada Allah dan istiqamah, ikutilah (Sunnah Nabi) jangan berbuat kebid’ahan.” [Diriwayatkan oleh ad-Daarimi]
Hudzaifah bin al-Yaman –semoga Allah meridlainya- berkata:
{ كُلُّ عِبَادَةٍ لَمْ يَتَعَبَّدْ بِهَا أَصْحَابُ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فلاَ تَتَعَبَّدُوْا بِهَا ؛ فَإِنَّ الأَوَّلَ لَمْ يَدَعْ لِلآخِرِ مَقَالاً ؛ فَاتَّقُوا اللهَ يَا مَعْشَرَ القُرَّاءِ ، خُذُوْا طَرِيْقَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ }
“Setiap ibadah yang tidak pernah diamalkan oleh para Sahabat Rasulullah [ﷺ], janganlah kalian beribadah dengannya. Karena generasi pertama tak menyisakan komentar bagi yang belakangan. Maka bertakwalah kalian kepada Allah wahai para pembaca al-Qur’an (orang-orang alim dan yang suka beribadah) dan ikutilah jalan orang-orang sebelummu.” [Diriwayatkan oleh Ibnu Baththah dalam Al Ibanah]
📚[Disalin dari Draft Buku “40 Hadits Pegangan Hidup Muslim (Syarh Arbain an-Nawawiyah)”]
—(▴) Catatan: (▴)—
[¹] Maksudnya, sedikit amalan namun di atas Sunnah (sesuai bimbingan Nabi) lebih baik dibandingkan banyak beramal dan bersungguh-sungguh, namun di atas kebid’ahan.
Url: http://bit.ly/Fw401110 { Judul dari Admin }
📮••••|Edisi| @ukhuwahsalaf / www.alfawaaid.net
// Sumber: Salafy•Or•Id { http://bit.ly/2JGTfRQ } - Penulis: Al-Ustadz Abu Utsman Kharisman hafizhahullah
═══
♻ Silakan disebarluaskan
Kamis, 18 Juli 2019
DOA SAAT KELUAR RUMAH YANG SUDAH BANYAK DILUPAKAN ORANG PADAHAL AMAT BESAR FADHILAHNYA
بسم الله الرحمن الرحيم
DOA SAAT KELUAR RUMAH YANG SUDAH BANYAK DILUPAKAN ORANG PADAHAL AMAT BESAR FADHILAHNYA
Oleh Ustadz Berik Said hafidzhahullah
Anas Bin Malik radhiallahu ‘anhu menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إذا خرج الرجلُ مِنْ بيتِهِ فقال: بسمِ اللهِ ، توكلتُ على اللهِ ، لا حولَ ولا قوةَ إلا باللهِ ، قال: يقالُ حينئذٍ: هُدِيتَ ، وكُفيتَ ، ووقيتَ ، فتَتنحَّى لهُ الشياطينُ ، فيقولُ لهُ شيطانٌ آخرُ : كيفَ لكَ برجلٍ قدْ هُدِيَ ، وكُفِيَ ، ووُقِيَ
"Jika seseorang keluar dari rumahnya, lantas dia mengucapkan Bismillahi tawakkaltu 'ala Allah, laa hawla wa laa quwwata illaa billaahi (Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan-Nya), maka dikatakan ketika itu, "Engkau akan diberi petunjuk dicukupkan dan dijaga. Setanpun akan menyingkir jauh darinya". Setan yang lain akan mengatakan: “Bagaimana mungkin engkau bisa mengganggu seseorang yang telah mendapatkan petunjuk, kecukupan dan penjagaan” [HR. Tirmidzi no.3426, Abu Dawud no.5095, Ibnu Hibban no.882, Nasa'i no.9837, Baihaqi no.9555, Ibnu Suni no.179 dan lain-lain.]
Kata al Hafizh rahimahullah dalam Tasdiidul Quus I:336: "إسناده صحيح" (sanadnya shahih). Kata 'Abdul Haq al Isybili rahimahullqh dalam Ahkam as Shughra 888: "صحيح الإسناد". Kata al Mundziri rahimahullah dalam At Targhib wa at Tarhib II:379 "لا ينزل عن درجة الحسن وقد يكون على شرط الصحيحين أو أحدهما". (Tidak kurang dari hasan, bahkan hadits ini atas syarat shahih Bukhari Muslim atau salah satu diantaranya). Kata Al Albani rahimahullah dalam Shahihul Jami' 499, Shahih at Targhib 1605, dan Shahih Abu Dawud 5095: "صحيح".
Penjelasan ringkas
Pada hadits di atas ditegaskan bahwa orang yang saat keluar dari rumahnya membaca do’a tersebut, maka dikatakan ketika itu "Engkau akan diberi petunjuk…..“
Tentang siapa yang akan mengatakan kalimat tersebut, maka menurut para Ulama itu adalah ucapan Malaikat. Hal ini diantaranya Al Mubarakfuri rahimahullah dalam Tuhfatul Ahwadzi (IX:271).
Perhatikan betapa besarnya fadhilah membaca doa saat keluar rumah ini, sayangnya doa ini sering kita lalaikan. Allahul Musta’an..
Ajarkanlah doa ini juga pada anak-anak kita.
Walhamdu lillaahi rabbil ‘aalamiin, wa shallallahu ‘alaa Muhammadin.
♻ Silahkan disebarluaskan
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
Barangsiapa yang menunjukkan kepada suatu kebaikan, maka dia memperoleh pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya." [HR. Muslim]
*سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ لَا إِلَه إِلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ
Penyusun: Hendra Ibni Bahrayni
DOA SAAT KELUAR RUMAH YANG SUDAH BANYAK DILUPAKAN ORANG PADAHAL AMAT BESAR FADHILAHNYA
Oleh Ustadz Berik Said hafidzhahullah
Anas Bin Malik radhiallahu ‘anhu menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
إذا خرج الرجلُ مِنْ بيتِهِ فقال: بسمِ اللهِ ، توكلتُ على اللهِ ، لا حولَ ولا قوةَ إلا باللهِ ، قال: يقالُ حينئذٍ: هُدِيتَ ، وكُفيتَ ، ووقيتَ ، فتَتنحَّى لهُ الشياطينُ ، فيقولُ لهُ شيطانٌ آخرُ : كيفَ لكَ برجلٍ قدْ هُدِيَ ، وكُفِيَ ، ووُقِيَ
"Jika seseorang keluar dari rumahnya, lantas dia mengucapkan Bismillahi tawakkaltu 'ala Allah, laa hawla wa laa quwwata illaa billaahi (Dengan nama Allah, aku bertawakkal kepada Allah, tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan-Nya), maka dikatakan ketika itu, "Engkau akan diberi petunjuk dicukupkan dan dijaga. Setanpun akan menyingkir jauh darinya". Setan yang lain akan mengatakan: “Bagaimana mungkin engkau bisa mengganggu seseorang yang telah mendapatkan petunjuk, kecukupan dan penjagaan” [HR. Tirmidzi no.3426, Abu Dawud no.5095, Ibnu Hibban no.882, Nasa'i no.9837, Baihaqi no.9555, Ibnu Suni no.179 dan lain-lain.]
Kata al Hafizh rahimahullah dalam Tasdiidul Quus I:336: "إسناده صحيح" (sanadnya shahih). Kata 'Abdul Haq al Isybili rahimahullqh dalam Ahkam as Shughra 888: "صحيح الإسناد". Kata al Mundziri rahimahullah dalam At Targhib wa at Tarhib II:379 "لا ينزل عن درجة الحسن وقد يكون على شرط الصحيحين أو أحدهما". (Tidak kurang dari hasan, bahkan hadits ini atas syarat shahih Bukhari Muslim atau salah satu diantaranya). Kata Al Albani rahimahullah dalam Shahihul Jami' 499, Shahih at Targhib 1605, dan Shahih Abu Dawud 5095: "صحيح".
Penjelasan ringkas
Pada hadits di atas ditegaskan bahwa orang yang saat keluar dari rumahnya membaca do’a tersebut, maka dikatakan ketika itu "Engkau akan diberi petunjuk…..“
Tentang siapa yang akan mengatakan kalimat tersebut, maka menurut para Ulama itu adalah ucapan Malaikat. Hal ini diantaranya Al Mubarakfuri rahimahullah dalam Tuhfatul Ahwadzi (IX:271).
Perhatikan betapa besarnya fadhilah membaca doa saat keluar rumah ini, sayangnya doa ini sering kita lalaikan. Allahul Musta’an..
Ajarkanlah doa ini juga pada anak-anak kita.
Walhamdu lillaahi rabbil ‘aalamiin, wa shallallahu ‘alaa Muhammadin.
♻ Silahkan disebarluaskan
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
Barangsiapa yang menunjukkan kepada suatu kebaikan, maka dia memperoleh pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya." [HR. Muslim]
*سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ لَا إِلَه إِلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ
Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ
Penyusun: Hendra Ibni Bahrayni
Rabu, 17 Juli 2019
suamimu Tak seburuk FIR'AUN
بسم الله الرحمن الرحيم
Wahai kaum wanita, saat ini anda bisa saja berkata: ‘nasib oh nasib, punya laki kayak gini.. mimpi buruk apa ya aku dulu..?’
‘Udah duitnya seret, ngomel terus, mana ndak cakep, kentutnya bau lagi..’
Wahai kaum istri, keep calm please..
Coba untuk sejenak anda menjawab pertanyaan berikut:
Siapa yang lebih buruk, suamimu atau Fir’aun ?
Namun demikian sejelek apapun Fir’aun ternyata tidak menghalangi istrinya yaitu Asiyah bintu Muzahim menjadi wanita penghuni surga. Bahkan kisah dan ketegaran batinnya diabadikan dalam Al Qur’an.
{ وَضَرَبَ اللَّه مَثَلًا لِلَّذِينَ آمَنُوا امْرَأَة فِرْعَوْن إِذْ قَالَتْ رَبّ ابْن لِي عِنْدك بَيْتًا فِي الْجَنَّة }
“Dan Allah membuat isteri Fir’aun sebagai perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: “Ya Robbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam Firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zholim.” ( QS: At Tahrim 11)
Percayalah saudari, kalau anda mendambakan kebahagiaan, percayalah bahwa kebahagian itu hanya Allah yang punya, bila anda beriman dengan baik, pasti anda bahagia, sebagaimana Asiyah bintu Muzahim bisa tetap berbahagia walau suaminya adalah manusia paling jahat di dunia.
Saudariku ! Selama anda mengharapkan kebahagiaan dari suami anda niscaya anda kecewa dan menderita.
Namun setiap kali anda fokus menunaikan tugas dan kewajiban anda sebagai istri, sedangkan hak dan kebahagian hidup anda, hanya anda pinta kepada Allah Yang Maha Kuasa, niscaya anda bahagia, siapapun suami anda.
Bila anda berkata: ‘kok bisa ya wanita sholehah dinikahi lelaki jahat seperti itu ?’
Ya.. untuk membuktikan dan menguji kekuatan iman Asiyah bintu Muzahim, karena kalau tanpa ujian, niscaya kesempurnaan iman beliau tidak terbukti.
Terlebih bagi saya dan juga anda, sehingga bisa jadi anda akan bertanya: ‘apa hebatnya dia sehingga kita dianjurkan meneladaninya dan dia dimasukkan ke dalam surga ?’
Nabi Muhammad Shollallahu ’alaihi wasallam bersabda :
“إن عظم الجزاء مع عظم البلاء ، وإن الله تعالى إذا أحب قوما ابتلاهم، فمن رضي فله الرضا، ومن سخط فله السخط ” حسنه الترمذي.
“Sesungguhnya besarnya pahala itu setimpal dengan besarnya ujian, dan sesungguhnya jika Allah Ta’ala mencintai suatu kaum, maka Ia akan mengujinya.
Barang siapa yang ridho dengan ujian itu maka baginya keridhoan Allah, dan barang siapa yang marah/benci kepada ujian tersebut, maka baginya kemurkaan Allah” (Hadits Riwayat Imam At Tirmizi)
Jadi suamimu kayak gitu.. karena Allah sayang kepadamu, agar engkau bisa berjiwa besar, dan dapat pahala besar.
Selamat mencoba, semoga bahagia selalu bersamanya.
📝 Oleh Ustadz Dr. Muhammad Arifin Badri, MA حفظه الله تعالى
🔊 [ 📖 ] BBG Al-Ilmu
#copas
JIKA MAMPU, TERUSLAH HADIR DALAM TIAP MAJELIS ILMU
JIKA MAMPU, TERUSLAH HADIR DALAM TIAP MAJELIS ILMU
'Abdullah bin Mubarak adalah salah satu tokoh salaf yang sangat tersohor. Unggul dalam hal ilmu, amal, jihad, infak, dan lain-lain. Nu'aim bin Hammad rahimahullah pernah berkata tentang beliau,
ما رأيت أعقل من ابن المبارك، ولا أكثَرَ اجتهادًا في العبادة
"Aku tidak pernah melihat orang yang lebih pandai dan lebih bersemangat dalam urusan ibadah, melebihi Ibnul Mubarak." (As-Siyar, 8/405)
Dalam kondisi beliau telah menjadi ulama besar, tidak pernah beliau melewatkan satu majelis ilmu pun di saat mampu dan tidak berhalangan.
Abu Khirasy pernah bertanya pada 'Abdullah bin Mubarak perihal ini, "Wahai Abu 'Abdirrahman, sampai kapan Anda akan terus menuntut ilmu?"
لعل الكلمة التي فيها نجاتي لم أسمعها بعد
"Barang kali ada sebuah kalimat yang menjadi sumber keselamatanku, dan aku belum mendengarnya." (Tarikh Dimasyq, 32/409)
Dalam dan mengena. Semoga kita diberi taufik untuk menerapkannya.
✍ Ustadz Hari Ahadi حفظه الله
Tetap hadir di majelis ilmu syar'i (tempat pengajian) untuk meraih pahala dan berkah lebih banyak dan lebih besar, insyaallah.”
♻ Silakan disebarluaskan
'Abdullah bin Mubarak adalah salah satu tokoh salaf yang sangat tersohor. Unggul dalam hal ilmu, amal, jihad, infak, dan lain-lain. Nu'aim bin Hammad rahimahullah pernah berkata tentang beliau,
ما رأيت أعقل من ابن المبارك، ولا أكثَرَ اجتهادًا في العبادة
"Aku tidak pernah melihat orang yang lebih pandai dan lebih bersemangat dalam urusan ibadah, melebihi Ibnul Mubarak." (As-Siyar, 8/405)
Dalam kondisi beliau telah menjadi ulama besar, tidak pernah beliau melewatkan satu majelis ilmu pun di saat mampu dan tidak berhalangan.
Abu Khirasy pernah bertanya pada 'Abdullah bin Mubarak perihal ini, "Wahai Abu 'Abdirrahman, sampai kapan Anda akan terus menuntut ilmu?"
لعل الكلمة التي فيها نجاتي لم أسمعها بعد
"Barang kali ada sebuah kalimat yang menjadi sumber keselamatanku, dan aku belum mendengarnya." (Tarikh Dimasyq, 32/409)
Dalam dan mengena. Semoga kita diberi taufik untuk menerapkannya.
✍ Ustadz Hari Ahadi حفظه الله
Tetap hadir di majelis ilmu syar'i (tempat pengajian) untuk meraih pahala dan berkah lebih banyak dan lebih besar, insyaallah.”
♻ Silakan disebarluaskan
Senin, 15 Juli 2019
MANHAJ DI DALAM BERAGAMA
Bismillah
MANHAJ DIDALAM BERAGAMA
Judul asli: Pentingnya Sikap Ilmiah dalam Beragama.
16 July 2019
Agama Islam ini dibangun di atas ilmu. Beragama itu dengan ilmu, bukan dengan perasaan, bukan dengan sekedar “pendapat terbanyak”, bukan dengan wangsit & mimpi, bukan juga dengan sekedar warisan adat turun-temurun.
Muhammad bin Sirin berkata,
ﺇﻥ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺩﻳﻦ ﻓﺎﻧﻈﺮﻭﺍ ﻋﻤﻦ ﺗﺄﺧﺬﻭﻥ ﺩﻳﻨﻜﻢ
”Sesungguhnya ilmu ini adalah agama, maka perhatikanlah dari siapakah kalian mengambil agama kalian.” [Muqaddimah Shahih Muslim]
Agama Islam adalah agama yang ilmiah. Contohnya adalah dalam dunia akademis, seseorang harus mencantumkan jurnal dan sumber ilmiah dari nukilan yang kami sebutkan. Apabila tidak, tentu nilai ilmiahnya tidak akan sempurna atau bahkan diragukan kebenarannya. Dalam ajaran Islam pun demikian, kita diajarkan bersikap ilmiah agar tidak semata-mata berpendapat sendiri tanpa ada sumber rujukan yang jelas, bahkan dalam masalah kontemporer sekalipun harus ada sumber ilmiah yang dijadikan rujukan. Menyampaikan suatu pendapat tanpa ada rujukan sebelumnya akan mengurangi keilmiahan hal tersebut.
Perhatikan perkataan Imam Ahmad berikut:
إيَّاكَ أنْ تتكلمَ في مسألةٍ ليسَ لكَ فيها إمامٌ
“Berhati-hatilah berkata dalam satu permasalahan yang engkau tidak memiliki pendahulunya.” [Siyaru A’laamin-Nubalaa’, 11/296].
Contoh lainnya lagi adalah adanya ilmu sanad dalam agama Islam. Ilmu sanad ini sangat ilmiah, kita bisa mengecek keilmiahan suatu pendapat dari ilmu sanad ini.
Abdullah bin Mubarak berkata,
إن الإسناد من الدين، ولولا الإسناد لقال من شاء ما شاء
“Sanad itu bagian dari agama. Kalau lah tidak ada ilmu Isnad, pasti siapaun bisa berkata apa yang dia kehendaki.” [HR. Muslim]
Sofyan Ats-Tsauri berkata:
الإسناد سلاح المؤمن فإذا لم يكن معه السلاح فبأي شيء يقاتل
“Sanad adalah senjatanya orang-orang beriman. Apabila tidak ada senjata tersebut, lalu dengan apa mereka berperang?” [Jami Al-Ushul hal 109]
Masih sangat banyak contoh bahwa Islam adalah agama yang ilmiah dan menjunjung tinggi ilmu. Sikap keilmiahan ini hanya bisa didapat dengan menuntut ilmu. Agama Islam mendorong kita untuk selalu berilmu, mempelajari hal yang bermanfaat baik dunia maupun akhirat. Allah mengangkat derajat orang yang berilmu. Allah berfirman,
يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
”Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (Al-Mujadilah: 11)
Allah juga menegaskan bahwa tentu tidak sama antara orang yang berilmu dan orang yang tidak berilmu. Allah berfirman,
Allah Ta’ala berfirman
هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الألْبَابِ
“Apakah sama antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu? Sesungguhnya hanya orang yang berakallah yang bisa mengambil pelajaran.”(QS. Az-Zumar: 9)
Semoga kita selalu bisa menumbuhkan sikap ilmiah dalam beragama agar kita bisa selamat dunia dan akhirat.
@ Lombok, Pulau seribu Masjid
Penyusun: Dr. Raehanul Bahraen hafidzahullah
Sumber: https://muslim.or.id/47683-ilmiah-dalam-beragama.html
Langganan:
Postingan (Atom)