Kamis, 26 Desember 2019

Mandi dengan niat mengangkat hadast kecil tetap sah tanpa berwudhu lagi

Apabila seseorang mandi (biasa) tapi ia berniat sekalian untuk mengangkat hadats (hadats kecil mau pun besar) dari dirinya, maka mandinya itu insya Allah di anggap Sah tanpa perlu berwudhu lagi.

Referensi:
1. https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1411700005652501&id=100004375447627
2. https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1411800442309124&id=100004375447627

Simak penjelasan videonya di sini: https://youtu.be/1Ec-YavS6us

-Transkrip, Kata Syaikh-:

Beliau bertanya: apakah mandi itu sudah mencukupi seseorang untuk tidak berwudhu, atau tetap wajib wudhu?

- Adapun jika mandinya itu mandi janabah atau mandi jum'at, jadi ada sebab (yang membuatnya wajib mandi janabah)
Dalam keadaan ini para Ulama sepakat bahwa mandinya itu mencukupi dari wudhu (tidak perlu berwudhu lagi)

- jika mandinya itu memiliki sebab, seperti junub, atau mau shalat jum'at dan yang lainnya, dalam keadaan ini mandinya itu mencukupi dari wudhu (tidak perlu berwudhu lagi), berdasarkan ijma' para ulama. Dan bersamaan dengan hal itu para ulama mensunnahkan baginya untuk berwudhu sebelum mandi. Sebagaimana dalam petunjuk Nabi Muhammad -shalallahu 'alaihi wa sallam- jika dia tidak berwudhu sebelum mandi, itu pun juga sudah mencukupinya dari berwudhu.

- sesungguhnya perselisihan para Ulama adalah berkenaan dengan mandi (biasa), bukan janabah atau jum'ah, seperti seseorang yang mandi karena kebiasaan saja, atau hanya untuk membersihkan keringat. Misalnya dia sore hari mandi, membersihkan diri, dan dia niatkan untuk mengangkat hadats dengan mandi tersebut, dalam hal ini para ulama berselisih, mereka berkata mandi ini tidak memiliki sebab, tidak ada yang menyebabkan mandi, baik itu janabah atau jum'ah, dari sini para ulama berselisih apakah itu mencukupkan dari wudhu atau tidak, dan yang shahih adalah mencukupmkan dari wudhu, mereka berkata bahwa barangsiapa yang membasahi seluruh badannya dengan air, maka tidak perlu berwudhu lagi, terlebih lagi untuk orang yang berpendapat seperti Imam Malik dan Abu Hanifah, bahwasanya tertib bukan syarat dari wudhu.

- Jadi yang shahih bahwa mandinya telah mencukupkan dia dari wudhu (tidak perlu wudhu lagi).

- Sebagianulama berpendapat bahwa itu tidak mencukupkan dari wudhu, jadi dia tetap harus berwudhu.

- Sedangkan yang benar adalah mandi itu mencukupkan dari berwudhu, karena perkara ini termasuk dalam bab masuknya perkara kecil ke dalam perkara besar, yaitu wudhu maduk ke dalam mandi.

Jadi yang shahih adalah bahwa mandi itu mencukupkan wudhu, meskipun tidak ada sebab yang mewajibkannya mandi.

_____________________
(Syaikh Utsman al-Khumais hafizhahullahu Ta'ala)

Wallahu a'lam.

Jumat, 06 Desember 2019

Sudahkah Kita Ikhlas Dalam Menuntut Ilmu?

Faidah Dari Al-Ustadz Ahmad Zainuddin. Lc -hafizhahullah-


Adab pertama [IKHLAS]
- Seorang Penuntut ilmu agama harus IKHLAS

Ustadz berkata:
Ikhlas adalah Hendaknya engkau tidak menuntut atas amal ibadahmu seorang yang melihatmu kecuali Allah, dan tidak mencari atas amal ibadahmu seorang yang memberi ganjaran, pahala, hadiah, kecuali Allah. Itulah ikhlas

Maka ketika seseorang ikhlas dalam menuntut ilmu maksudnya adalah,
- Dia meniatkan di dalam dirinya untuk mengangkat kebodohan darinya dan mengangkat kebodohan dari orang lain. Itulah ikhlas dalam menuntut ilmu agama.

- Dia tidak ingin ada yang melihatnya, tidak menuntut ada yang melihatnya, kecuali Allah.

- Dia tidak menuntut ada yang memberikan ganjaran hadiah, sanjungan, penghargaan, pujian, kecuali Allah.

Itu ikhlas di dalam beramal termasuk di dalam menuntut ilmu agama.

- Apabila seorang menuntut ilmu agama bukan karena ikhlas tapi karena ingin mendapatkan dunia maka yang ada adalah bencana baginya.

- Sebagaimana dalam hadits riwayat imam Ahmad, Nabi Muhammad Shalallahu'alaihi wasallam bersabda,
"Siapa saja yang belajar sebuah ilmu (agama) yang semestinya di tuntut (karena) wajah Allah, tetapi dia tidak menuntutnya kecuali karena ingin mendapatkan perhiasan dari dunia maka niscaya dia tidak mendapatkan bau surga pada hari kiamat.

- Orang yang yang ikhlas nanti dia akan jauh dari sifat suka popularitas.

- Orang yang ikhlas dalam menuntut ilmu agama dia tidak ingin di kenal oleh orang, bahwasanya dia seorang penuntut ilmu agama.

- Dia juga kalau ikhlas dalam menuntut ilmu agama, dia tidak ingin untuk terlihat di atas dari kawan-kawannya sesama penuntut ilmu agama.

- orang yang ikhlas dalam menuntut ilmu agama dia jauh dari ingin di puji oleh manusia.

- Dia jauh ingin di acungi jempol oleh manusia.
- Dia jauh ingin agar orang-orang melihat kepadanya dengan wajah yang takjub.
Dia jauh dari perkara-perkara tersebut. Penuntut ilmu agama jauh dari hal-hal tersebut.

Ustadz Ahmad Zainuddin beliau berkata:
"Ada perkataan menarik yang di sebutkan dari Syaikh Bakr Abu Zaid -rahimahullahu-, ketika Syaikh berbicara tentang ikhlas, beliau berkata,
- "Orang yang ikhlas dalam menuntut ilmu agama, dia tidak ingin popularitas. (terkenal sebagai penuntut ilmu agama)

- kalau kalangan dari ustadz dia tidak ingin harus terkenal di sosial media, dimana-mana, dimintai photo orang. Ini tanda orang tidak ikhlas.

Ustadz Ahmad Zainuddin hafizhahullah juga berkata:
"Ada perkataan menarik yang disebukan di dalam kitab ash-showarin Wal Asinnah yg di tulis oleh Abu Madiyan as-sinqithi as-Salafiy, bahwa:
- "Ketergelincirnya seorang yang berilmu karena dia suka ditumpuki dengan genderang (artinya terkenal) biasanya orang-orang yang terkenal itu banyak kekeliruan.

Maka hati-hatilah para ikhwan yang di rahmati Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Ada lagi perkataan Sufyan ibn Masruq Ats-Tsaury -rahimahullahu Ta'ala- sebagaimana yang di sebutkan di dalam kitab Tazkiratus Sami' Wal Mutakallim:
- "Dulu, aku sangat mudah memahami al-Qur'an, tapi ketika sudah aku mulai terkenal, di cabut pemahamanku terhadap Al-Qur'an tersebut." Ini hati-hati.

- Para penuntut ilmu, maka jahui sifat tidak ikhlas.
- salah satu bentuk sifat tidak ikhlas adalah dia senantiasa menginginkan terkenal, popularitas, penuntut ilmu dekat dengan ustadz, dan semisalnya.

Sebagaimana perkataan Sufyan bin Sa'id bin Masruq Ats-Tsauri rahimahullah dinukil di dalam kitab al-Jami' li adabi rawi wa akhlaqi Sami'
- "Tidak ada sesuatu pun yang paling sulit aku mengobatinya, dibandingkan Niatku, karena ia selalu berbolak-balik."

Umar bin Abi Dzar berkata kepada bapaknya (ibnu Dzar):
- "Wahai bapakku, mengapa jika seandainya engkau memberikan nasehat (kepada manusia) masuk ke dalam (relung) hati mereka? (sampai-sampai mereka menangis), tetapi jika selain engkau memberikan nasehat mereka tidak menangis. Maka sang bapak (ibnu Dzar) mengatakan, "Wahai anakku, bukanlah tangisan yang berasal dari dalam lubuk hati itu seperti yang di sewa. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan petunjuk kepada engkau."

- Maka perhatikan baik-baik Niat tak kala kita menuntut ilmu agama.

___________________
#faidah: Merujuk Kitab Hilyah Tholibil 'Ilmi, Syaikh Bakr Abu Zaid Rahimahullah

♻ Silakan disebarluaskan
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
Faidah Dari Al-Ustadz Ahmad Zainuddin. Lc -hafizhahullah-

Penulis: al-Faqir @ibnibahrayni

Selasa, 03 Desember 2019

KONSEKWENSI BERIMAN KEPADA NABI MUHAMMAD ﷺ

KONSEKWENSI BERIMAN KEPADA NABI MUHAMMAD ﷺ

- Persaksian kita beriman kepada Rasulullahi ﷺ itu memiliki konsekwensi (tuntutan)
- Atau kewajiban yang harus kita penuhi dari keimanan tersebut. Kita meyakini Nabi Muhammad ﷺ Nabi yang di utus, Nabi terakhir yang membawa ajaran agama Islam.

Apa saja konsekwensi-konsekwensi (tuntutan) yang wajib kita penuhi?

🔰1. Membenarkan apa pun yang dikhobarkan dan diberitakan oleh Nabi Muhammad ﷺ.

- Baik yang Beliau katakan itu bisa di cerna dengan akal atau pun tidak bisa di cerna dengan akal kita.

- selama yang datang dari Beliau itu shahih, kita wajib membenarkannya, (dan juga berarti itu mengimaninya)

🔰2. Melaksanakan semua yang Beliau Perintahkan semampu kita.

- "Apa pun yang datang dari Rosul maka ambillah dia, apa pun yang di larang oleh Beliau maka tinggalkanlah." (Surat al-Hasyr ayat 9)
- Baik perintah tersebut hukumnya wajib, maupun perintah-perintah tersebut hukumnya (sunat/dianjurkan)

🔰3. Meninggalkan semua yang Rasulullahi ﷺ larang.

- Baik larangan itu haram mau pun makruh.
- Tak kala larangan itu Haram, wajib kita meninggalkannya.
- Tak kaka larangan tersebut makruh, kita akan mendapatkan pahala meninggalkannya. (Berpahala meninggalkan yang makruh-makruh)

🔰4. Kita tidaklah beribadah kepada Allah, kecuali lewat apa yang Nabi Muhammad ﷺ syari'atkan.

- Inilah yang kita ikrarkan: "Wa Anna Muhammadan Rasulullah."
- Bahwasanya Nabi Muhammad adalah utusan Allah.
- Beliaulah yang menjelaskan agama Allah (Agama Islam) ﷺ kepada umatnya.
- Kepada beliaulah di turunkan Al-Qur'an.
- Dan ucapan Beliau semuanya adalah Wahyu.
- "Tidaklah Muhammad itu kata Allah berbicara dengan hawa nafsunya, tetapi itu adalah wahyu yang di wahyukan kepadanya." (Lihat: Surat An-Najm ayat 3 & 4)

- Bahkan Rosul ﷺ juga pernah mengatakan, "Tidak ada satu pun lafadz yang keluar dari lisanku, kecuali itu adalah KEBENARAN."

- Kita dalam beribadah, dalam berkeyakinan atau beraqidah harus mengikuti apa yang telah di jelaskan oleh Rasulullah ﷺ. Semuanya, atau boleh milih-milih, (kata ustadz)? Jawabannya: "Semuanya..." - (Dalilnya surat Al-Baqoroh ayat 208) "Masuklah kalian ke dalam agama Islam, secara Kaffah." Artinya seluruhnya, (agar sempurna ke Islamannya)
- Kita tidak boleh tebang pilih dalam beragama, semuanya harus kita laksanakan semampu kita.
- karena agama ini telah sempurna.
- Masalah apa pun yang ingin kita ketahui hukumnya itu lelah di jelaskan di dalam agama islam.

- >>> "ini adalah kewajiban dasar bagi kita semuanya, kita harus meyakini Agama kita, agama Islam adalah agama yang telah sempurna, dan satu-satunya Agama yang akan terus di jaga oleh Allah, kitabnya di jaga Oleh Allah, Agamanya di jaga oleh Allah." <<<

- Di dalam Surat Al-Maidah ayat 3 Allah berfirman yang artinya,
"Pada hari ini telah AKU (Allah) Sempurnakan bagi kalian Agama kalian untuk Kalian."

- Rasulullah ﷺ juga mengatakan, (menjanjikan bahwa Agama Islam ini akan tetap terjaga)
"Akan sesantiasa ada sekelompok manusia, "ZHOHIRIINA 'ALAL HAQQ," Senantiasa berdiri tegak di atas kebenaran, tidak akan memudhorotkan mereka tipu daya musuh-musuh Islam, sampai datang perkara dari Allah." (yaitu sampai dekatnya hari Qiamat)

- Agama ini akan akan terus Allah jaga, tidak akan ada orang yang bisa mengalahkan Islam.

🔰5. Rosul itu adalah ABDULLAH wa ROSULUHU.

- Kata Rosul ﷺ: "Janganlah kalian ghuluw (berlebih-lebihan) menyanjungku, (memujiku) sebagaimana kaum Nashrani itu berlebih-lebihan menyanjung Nabi 'Isa, sehingga mereka menjadikannya anak Tuhan. Tetapi katakanlah "INNII ABDULLAH, WA ROSUULUHU." (Hamba Allah dan utusanNYA)
- Maksud kata abdun (abdullah) maksudnya tidak boleh di ibadahi.
• Apa itu ibadah?
- Ibadah itu adalah semua yang Allah cintai dan Allah Ridho'i.
- Bisa dari ucapan, perbuatan, atau perbuatan hati, (cinta, harap, takut -penj) atau perbuatan anggota badan.
- Semua ibadah tidak boleh kita berikan kepada Rosul, semua hak untuk di ibadahi hanya untuk Allah.
-karena orang yang beribadah kepada Rosul, berdo'a kepada Rosul, mereka telah berbuat SYIRIK.

- Maksud kata ROSUULUHU (Utusan Allah) adalah "Laa Ykadz-dzab." Maksudnya: kita tidak boleh mendustakan Beliau ﷺ.
- kita tidak boleh mengingkari apa pun yang beliau bawa (syari'atkan/ajarkan).

✔️ Itulah kewajiban kita terhadap Rasulullahi ﷺ. Wallahu a'lam

_________
Faedah kajian
Bersama Ustadz Abu Salim Dede Nuriman hafizhahullah
SENIN, 6 RABI'UL AKHIR 1441 H
2 DESEMBER 2019
AL-WUSTHO | TEBAS

♻️ Silakan share