Sabtu, 31 Agustus 2019
SIAPA YANG MEMBENCI KEBAIKAN MAKA DIA AKAN TERJATUH PADA KEBURUKAN
Al-Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
مَنْ رَغِبَ عَنْ إِنْفَاقِ مَالِهِ فِي طَاعَةِ اللَّهِ ابْتُلِيَ بِإِنْفَاقِهِ لِغَيْرِ اللَّهِ وَهُوَ رَاغِمٌ.
"Siapa yang tidak suka membelanjakan hartanya untuk ketaatan kepada Allah, maka dia akan ditimpa dengan membelanjakannya untuk selain Allah dalam keadaan dia tidak menyukainya.
وَكَذَلِكَ مَنْ رَغِبَ عَنِ التَّعَبِ لِلَّهِ ابْتُلِيَ بِالتَّعَبِ فِي خِدْمَةِ الْخَلْقِ وَلَا بُدَّ.
Demikian juga siapa yang tidak suka keletihan untuk Allah, maka dia akan ditimpa dengan keletihan untuk melayani makhluk, mau tidak mau.
وَكَذَلِكَ مَنْ رَغِبَ عَنِ الْهَدْيِ بِالْوَحْيِ، ابْتُلِيَ بِكُنَاسَةِ الْآرَاءِ وَزِبَالَةِ الْأَذْهَانِ، وَوَسَخِ الْأَفْكَارِ.
Demikian juga siapa yang tidak suka dengan petunjuk yang berasal dari wahyu, maka dia akan ditimpa dengan pendapat yang kotor, sampah pikiran, dan limbah pemikiran.
فَلْيَتَأَمَّلْ مَنْ يُرِيدُ نُصْحَ نَفْسِهِ وَسَعَادَتَهَا وَفَلَاحَهَا هَذَا الْمَوْضِعَ فِي نَفْسِهِ وَفِي غَيْرِهِ.
Maka siapa saja yang menginginkan kebaikan, kebahagiaan, dan keberuntungan untuk dirinya, hendaklah dia memperhatikan hal ini pada dirinya dan pada orang lain."
[Madarijus Salikin, jilid 1 hlm. 184]
📚 Sumber || https://telegram.me/fawaz_almadkali
Minggu, 18 Agustus 2019
بسم الله الرحمن الرحيم
#FaedahDiantara bentuk akhlak yang baik di dalam islam adalah minta izin sebelum kita bertamu ke rumah teman atau kerabat kita.
Kenapa?
Karena bisa jadi ada hal yang bila dilihat oleh kita maka si tuan rumah merasa kurang suka atau tidak suka.
Bahkan ketika kita mengucapkan salam di depan pintu pun diantara adabnya adalah tidak langsung menghadap lurus ke dalam rumah, akan tetapi menyamping dan menghadap ke arah lain.
Akhlak seperti ini lebih mengena di hati orang lain dan akan membuat mereka semakin ingin dekat dengan islam dan sunnah.
Bayangkan saja seandainya kita berkunjung ke rumah teman namun ternyata kita dapati ia sedang melakukan (mohon maaf) kemaksiatan yang masih belum bisa ia tinggalkan atau mengenakan pakaian namun masih menampakkan auratnya atau aibnya, maka sungguh akan sangat terkejutnya teman kita itu dan justru akan membuat dirinya semakin jauh dari jangkauan kita.
Indahnya keteladanan yang diajarkan Rasulullah ~
_______________
Penulis: Ustadz Abu Lailah Grivaldy حفظه الله
Jumat, 09 Agustus 2019
Beginilah Ilmu Agama Ditelantarkan!
بسم الله الرحمن الرحيم
Beginilah Ilmu Agama Ditelantarkan!
Salah satu wejangan sahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu adalah kisah beliau ketika seorang berkata kepadanya, “Abu Hurairah, sungguh saya ingin mempelajari ilmu agama, tapi aku khawatir menelantarkan dan tak mengamalkannya!” Mendengar ucapan orang itu, Abu Hurairah lantas menjawab,
مَا أَنْتَ بِوَاجِدٍ شَيْئًا أَضْيَعُ لَهُ مِنْ تَرْكِهِ
“Justru dengan tidak mempelajari ilmu agama engkau telah menelantarkannya.” [Taarikh Dimasyq 67/367]
Sungguh tepat jawaban Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu. Sebuah jawaban yang keluar dari lentera ilmu yang diwarisi dari sang pendidik umat, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Keraguan yang dialami oleh pria tersebut adalah keraguan yang juga dialami sebagian besar orang saat ini, yaitu keraguan yang mendorong mereka untuk tidak menuntut ilmu agama karena beralasan khawatir menelantarkan dan tidak mengamalkan ilmu yang telah dipelajari; serta tidak ingin memperbanyak hujjah Allah atas diri mereka. Padahal tidak mempelajari ilmu agama bukanlah obat dan penyembuh. Justru menuntut ilmu agama itulah yang mendorong untuk konsisten beramal dan menjadi tangga hamba untuk meraih takwa dan khasyah (takut) kepada Allah ta’ala.
Permasalahannya, sebagian orang tergesa-gesa ingin merasakan buah ilmu agama dan menyangka hasilnya datang secara instan! Ketergesan-gesaan ini bukanlah barang baru karena telah diisyaratkan oleh Ibnu al-Jauzi rahimahullah. Beliau mengatakan,
وبالعلم يتقوم قصد العلم ، كَمَا قَالَ يَزِيد بْن هرون : طلبنا العلم لغير اللَّه ، فأبى إلا أن يكون لله ، ومعناه أنه دلنا عَلَى الإخلاص ، ومن طالب نفسه بقطع مَا فِي طبعه لم يمكنه
“Ilmu agama itulah yang akan meluruskan niat menuntut ilmu seperti perkataan Yaziid bin Haruun, ‘Dahulu kami menuntut ilmu agama untuk selain ridha Allah. Namun, ia enggan kecuali dipelajari hanya untuk Allah semata. Artinya, ilmu agama itulah yang membimbing kami pada keikhlasan. Setiap orang yang menuntut jiwanya untuk menghentikan apa yang telah menjadi karakternya, niscaya takkan berhasil." [Talbiis Ibliis 1/284]
Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,
“Tidaklah tercela setiap orang yang menuntut ilmu agama atau melakukan kebaikan semata-mata karena memang jiwanya senang melakukan perbuatan itu, meski dilakukan bukan karena Allah atau selain-Nya. Terkadang dia justru memperoleh ganjaran pahala dari Allah dengan beragam jenisnya, entah dengan adanya penambahan atau ganjaran semisal sehingga bisa dimanfaatkan di dunia.
Seandainya setiap perbuatan baik yang tidak dilakukan karena Allah itu tercela, tentulah orang kafir tidak akan diberi rezeki oleh Allah atas kebajikan yang diperbuatnya di dunia, karena kebajikannya bernilai keburukan karena dianggap tercela! Dan boleh jadi salah satu manfaatnya di dunia adalah Allah kelak akan membimbingnya sehingga kelak mendekatkan diri kepada Allah dengan perbuatan itu. Inilah arti perkataan sebagian alim ulama, ‘Dahulu kami mempelajari agama karena selain Allah, tapi ia enggan kecuali hanya diniatkan untuk Allah’ dan juga perkataan ‘Aktivitas mereka dalam mempelajari agama itu sendiri butuh niat’, artinya aktivitas mempelajari agama yang dilakukan mereka adalah kebaikan yang kelak akan memberi manfaat.
Demikianlah perkataan-perkataan alim ulama perihal ilmu agama, karena ilmu agama sejatinya berfungsi mengarahkan dan membimbing. Apabila seseorang mempelajari ilmu agama karena semula terdorong rasa cinta, kelak dia akan mencapai keihklasan, karena keikhlasan hanya tercapai dengan ilmu agama. Meskipun dahulu aktivitasnya menuntut ilmu agama tidak berangkat dari keikhlasan, niscaya dia pun kelak mencapainya.” [al-Mustadrak ‘alaa Majmuu’ al-Fataawaa 3/104; dikutip dari al-Furuu’ 1/524]
Tujuan dari uraian ini adalah hendaknya setiap orang yang mengalami keraguan seperti yang dialami oleh orang yang bertanya pada Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu di atas, mengobati keraguan itu dengan tetap menuntut ilmu agama yang insya Allah justru akan menambah semangat kita untuk melakukan amal kebajikan dan meluruskan niat.
Wallahu ta’ala a’lam.
♻ Silakan disebarluaskan
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
Telegram: t.me/ayobelajartauhid
Broadcast harian via WA: bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
____________________
Tulisan diatas dicopas dari broadcast team ayo belajar tauhid via WA, kemudian ada niat saya (pemilik blog ini) untuk meng-copy pastenya ke blog saya ini. Semoga bermanfaat. Silahkan share
Beginilah Ilmu Agama Ditelantarkan!
Salah satu wejangan sahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu adalah kisah beliau ketika seorang berkata kepadanya, “Abu Hurairah, sungguh saya ingin mempelajari ilmu agama, tapi aku khawatir menelantarkan dan tak mengamalkannya!” Mendengar ucapan orang itu, Abu Hurairah lantas menjawab,
مَا أَنْتَ بِوَاجِدٍ شَيْئًا أَضْيَعُ لَهُ مِنْ تَرْكِهِ
“Justru dengan tidak mempelajari ilmu agama engkau telah menelantarkannya.” [Taarikh Dimasyq 67/367]
Sungguh tepat jawaban Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu. Sebuah jawaban yang keluar dari lentera ilmu yang diwarisi dari sang pendidik umat, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Keraguan yang dialami oleh pria tersebut adalah keraguan yang juga dialami sebagian besar orang saat ini, yaitu keraguan yang mendorong mereka untuk tidak menuntut ilmu agama karena beralasan khawatir menelantarkan dan tidak mengamalkan ilmu yang telah dipelajari; serta tidak ingin memperbanyak hujjah Allah atas diri mereka. Padahal tidak mempelajari ilmu agama bukanlah obat dan penyembuh. Justru menuntut ilmu agama itulah yang mendorong untuk konsisten beramal dan menjadi tangga hamba untuk meraih takwa dan khasyah (takut) kepada Allah ta’ala.
Permasalahannya, sebagian orang tergesa-gesa ingin merasakan buah ilmu agama dan menyangka hasilnya datang secara instan! Ketergesan-gesaan ini bukanlah barang baru karena telah diisyaratkan oleh Ibnu al-Jauzi rahimahullah. Beliau mengatakan,
وبالعلم يتقوم قصد العلم ، كَمَا قَالَ يَزِيد بْن هرون : طلبنا العلم لغير اللَّه ، فأبى إلا أن يكون لله ، ومعناه أنه دلنا عَلَى الإخلاص ، ومن طالب نفسه بقطع مَا فِي طبعه لم يمكنه
“Ilmu agama itulah yang akan meluruskan niat menuntut ilmu seperti perkataan Yaziid bin Haruun, ‘Dahulu kami menuntut ilmu agama untuk selain ridha Allah. Namun, ia enggan kecuali dipelajari hanya untuk Allah semata. Artinya, ilmu agama itulah yang membimbing kami pada keikhlasan. Setiap orang yang menuntut jiwanya untuk menghentikan apa yang telah menjadi karakternya, niscaya takkan berhasil." [Talbiis Ibliis 1/284]
Syaikh al-Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan,
“Tidaklah tercela setiap orang yang menuntut ilmu agama atau melakukan kebaikan semata-mata karena memang jiwanya senang melakukan perbuatan itu, meski dilakukan bukan karena Allah atau selain-Nya. Terkadang dia justru memperoleh ganjaran pahala dari Allah dengan beragam jenisnya, entah dengan adanya penambahan atau ganjaran semisal sehingga bisa dimanfaatkan di dunia.
Seandainya setiap perbuatan baik yang tidak dilakukan karena Allah itu tercela, tentulah orang kafir tidak akan diberi rezeki oleh Allah atas kebajikan yang diperbuatnya di dunia, karena kebajikannya bernilai keburukan karena dianggap tercela! Dan boleh jadi salah satu manfaatnya di dunia adalah Allah kelak akan membimbingnya sehingga kelak mendekatkan diri kepada Allah dengan perbuatan itu. Inilah arti perkataan sebagian alim ulama, ‘Dahulu kami mempelajari agama karena selain Allah, tapi ia enggan kecuali hanya diniatkan untuk Allah’ dan juga perkataan ‘Aktivitas mereka dalam mempelajari agama itu sendiri butuh niat’, artinya aktivitas mempelajari agama yang dilakukan mereka adalah kebaikan yang kelak akan memberi manfaat.
Demikianlah perkataan-perkataan alim ulama perihal ilmu agama, karena ilmu agama sejatinya berfungsi mengarahkan dan membimbing. Apabila seseorang mempelajari ilmu agama karena semula terdorong rasa cinta, kelak dia akan mencapai keihklasan, karena keikhlasan hanya tercapai dengan ilmu agama. Meskipun dahulu aktivitasnya menuntut ilmu agama tidak berangkat dari keikhlasan, niscaya dia pun kelak mencapainya.” [al-Mustadrak ‘alaa Majmuu’ al-Fataawaa 3/104; dikutip dari al-Furuu’ 1/524]
Tujuan dari uraian ini adalah hendaknya setiap orang yang mengalami keraguan seperti yang dialami oleh orang yang bertanya pada Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu di atas, mengobati keraguan itu dengan tetap menuntut ilmu agama yang insya Allah justru akan menambah semangat kita untuk melakukan amal kebajikan dan meluruskan niat.
Wallahu ta’ala a’lam.
♻ Silakan disebarluaskan
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
Telegram: t.me/ayobelajartauhid
Broadcast harian via WA: bit.ly/daftar-broadcast-belajar-tauhid
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
____________________
Tulisan diatas dicopas dari broadcast team ayo belajar tauhid via WA, kemudian ada niat saya (pemilik blog ini) untuk meng-copy pastenya ke blog saya ini. Semoga bermanfaat. Silahkan share
Minggu, 04 Agustus 2019
Tips Mengetahui Teman Yang Sholih
بسم الله الرحمن الرحيم
"TIPS MENGETAHUI TEMAN YANG SHOLIH." Oleh: Syaikh Prof. Dr. Sulaiman ar-Ruhaili -hafidzhahullahu Ta'ala-
کيف أعرف أن جليسى صالح و نافع لي؟
Bagaimana caraku mengetahui bahwa temanku itu orang sholih dan berfaedah?
أني إذا جالسته ازددت إيمانا
Yaitu ketika saya duduk dengannya, iman ku bertambah
إذا قمت من مجلسه أجد في نفسي
Ketika saya berpisah dengannya, ku dapati diriku
زيادة في خوفي من الله ورجائي ما عند الله
Bertambah takut dan bertambah harap kepada Allah
هذا الصاحب إذا وجدته فعض عليه بالنواجذ
Jika engkau dapati seorang teman yang seperti ini, jaga baik-baik, pegangi erat-erat
فإنه أندر من الكبريت الأحمر
Karena teman model seperti ini lebih langka dari belalang merah
خاصة في زماننا
Terlebih di zaman ini
للأسف حتى كثير من طلاب العلم
Namun yang disayangkan, banyak kalangan dari penuntut ilmu,
تلقاه فتخرج من مجلسه وقد نقص إيمانك
Yang apabila engkau baru selesai bermajelis dengannya (duduk-duduk atau bersamanya disuatu tempat), iman mu malah berkurang
تكون قبل أن تجلس معه صاحب همة وصاحب طاعة
Sebelum engkau duduk bersamanya, semangatmu tinggi dan taat
وإذا جالسته بدأ يضعف عملك و يضعف إيمانك
Akan tetapi setelah engkau duduk bersamanya, amal dan imam mu melemah
احذر وانتبه!
WASPADALAH!
فليست العبرة بكثرة الكلام وليست العبرة بالجاه
Mencari teman, tidak harus yang pandai berbicara atau berkedudukan mulia
وإنما العبرة بالعلم النافع
Akan tetapi yang menjadi barometer utama adalah ilmu yang bermanfaat
الذي ينفع صاحبه و ينفع مجالس صاحبه
Yang bermanfaat untuk pemiliknya dan teman-teman pemiliknya
ولهذا يا إخوة
Oleh karenanya Wahai saudaraku
هذا ميزان لمعرفة الصاحب
Inilah barometer untuk memilih seorang teman
مما ينقي خوفك من الله
Seorang teman yang dapat menumbuhkan rasa takutmu kepada Allah
ويزكي نفسك
Dan membuat dirimu kian suci
أن تجالس الأخيار
Bertemanlah dengan orang-orang pilihan
الذين إذا رأيتهم ارتفعت همتك
Yang dengan memandangnya saja, engkau termotivasi
وإذا سمعتهم زاد إيمانك
Dengan mendengar ucapannya, iman mu bertambah
إن رأوك في غفلة ذكروك
Apabila mereka melihatmu sedang lalai, mereka segera mengingatkanmu
و إن رأوك على معصية زجروك وستروك
Dan apabila mereka melihatmu bermaksiat, mereka berusaha mencegah dan menutupi aib mu
وإن رأوك على طاعة شجعوك
Dan apabila mereka melihatmu sedang melakukan ketaatan, mereka terus memotivasi mu
نسأل الله أن يزكينا جميعا
Kita memohon kepada Allah agar mensucikan hati kita semua
_________
Lihat video: https://youtu.be/3G7DH7hAkMQ
Ditranskrip dari video shahihfiqih.com oleh: Hendra ibni Bahrayni. | Senin 12:37AM - Tebas, 5 Agustus 2019.
♻ Silahkan disebarluaskan, dilarang mengubah tulisan diatas.
Langganan:
Postingan (Atom)