Senin, 15 Juli 2019
MANHAJ DI DALAM BERAGAMA
Bismillah
MANHAJ DIDALAM BERAGAMA
Judul asli: Pentingnya Sikap Ilmiah dalam Beragama.
16 July 2019
Agama Islam ini dibangun di atas ilmu. Beragama itu dengan ilmu, bukan dengan perasaan, bukan dengan sekedar “pendapat terbanyak”, bukan dengan wangsit & mimpi, bukan juga dengan sekedar warisan adat turun-temurun.
Muhammad bin Sirin berkata,
ﺇﻥ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﻌﻠﻢ ﺩﻳﻦ ﻓﺎﻧﻈﺮﻭﺍ ﻋﻤﻦ ﺗﺄﺧﺬﻭﻥ ﺩﻳﻨﻜﻢ
”Sesungguhnya ilmu ini adalah agama, maka perhatikanlah dari siapakah kalian mengambil agama kalian.” [Muqaddimah Shahih Muslim]
Agama Islam adalah agama yang ilmiah. Contohnya adalah dalam dunia akademis, seseorang harus mencantumkan jurnal dan sumber ilmiah dari nukilan yang kami sebutkan. Apabila tidak, tentu nilai ilmiahnya tidak akan sempurna atau bahkan diragukan kebenarannya. Dalam ajaran Islam pun demikian, kita diajarkan bersikap ilmiah agar tidak semata-mata berpendapat sendiri tanpa ada sumber rujukan yang jelas, bahkan dalam masalah kontemporer sekalipun harus ada sumber ilmiah yang dijadikan rujukan. Menyampaikan suatu pendapat tanpa ada rujukan sebelumnya akan mengurangi keilmiahan hal tersebut.
Perhatikan perkataan Imam Ahmad berikut:
إيَّاكَ أنْ تتكلمَ في مسألةٍ ليسَ لكَ فيها إمامٌ
“Berhati-hatilah berkata dalam satu permasalahan yang engkau tidak memiliki pendahulunya.” [Siyaru A’laamin-Nubalaa’, 11/296].
Contoh lainnya lagi adalah adanya ilmu sanad dalam agama Islam. Ilmu sanad ini sangat ilmiah, kita bisa mengecek keilmiahan suatu pendapat dari ilmu sanad ini.
Abdullah bin Mubarak berkata,
إن الإسناد من الدين، ولولا الإسناد لقال من شاء ما شاء
“Sanad itu bagian dari agama. Kalau lah tidak ada ilmu Isnad, pasti siapaun bisa berkata apa yang dia kehendaki.” [HR. Muslim]
Sofyan Ats-Tsauri berkata:
الإسناد سلاح المؤمن فإذا لم يكن معه السلاح فبأي شيء يقاتل
“Sanad adalah senjatanya orang-orang beriman. Apabila tidak ada senjata tersebut, lalu dengan apa mereka berperang?” [Jami Al-Ushul hal 109]
Masih sangat banyak contoh bahwa Islam adalah agama yang ilmiah dan menjunjung tinggi ilmu. Sikap keilmiahan ini hanya bisa didapat dengan menuntut ilmu. Agama Islam mendorong kita untuk selalu berilmu, mempelajari hal yang bermanfaat baik dunia maupun akhirat. Allah mengangkat derajat orang yang berilmu. Allah berfirman,
يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
”Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (Al-Mujadilah: 11)
Allah juga menegaskan bahwa tentu tidak sama antara orang yang berilmu dan orang yang tidak berilmu. Allah berfirman,
Allah Ta’ala berfirman
هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الألْبَابِ
“Apakah sama antara orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu? Sesungguhnya hanya orang yang berakallah yang bisa mengambil pelajaran.”(QS. Az-Zumar: 9)
Semoga kita selalu bisa menumbuhkan sikap ilmiah dalam beragama agar kita bisa selamat dunia dan akhirat.
@ Lombok, Pulau seribu Masjid
Penyusun: Dr. Raehanul Bahraen hafidzahullah
Sumber: https://muslim.or.id/47683-ilmiah-dalam-beragama.html
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar