Bismillaahirrahmaanirrahiim.
Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa ditujukan bagi rasulullah, keluarga, para sahabat, dan siapa saja yang meneladani (mengikuti) mereka dengan baik hingga hari kiamat.
Kisah Al-Qur'an merupakan cerita terbaik, paling lengkap, dan paling indah, sebagaimana firmanNya: "Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Qur'an ini kepadamu." (Qs. Yusuf ayat 3)
Diakhir surat ini, Allah berfirman: "Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal. Al-Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman." (Qs. Yusuf ayat 111)
Karena kebenaran, integritas ungkapan, dan makna-maknanya yang tajam, kisa Al-Qur'an merupakan kisah terbaik yang pernah ada, sehingga tidak ada kisah dalam Al-Qur'an dalam segala hal (dari buku apa pun) yang menyamai kisah Al-Qur'an.
Salah satu cerita yang terbaik itu adalah kisah dan riwayat Nabi Muhammad ﷺ dalam menyebarkan risalah Rabb-Nya. Apasaja yang beliau ﷺ alami dan menimpa kaumnya. Inilah yang di istilahkan dengan SIRAH NABAWIYAH.
Allah ta'ala telah menjamin untuk menjaga kitab-Nya: "Sesungguhnya kami-lah yang menurunkan Al-Qur'an, dan sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya/menjaganya." (Qs. Al-Hijr ayat 9)
Penjagaan tersebut terwujud juga pada penjagaan SUNNAH NABAWIYAH sebagai akibat penjagaan terhadap Al-Qur'an. Sebab, As-sunnah itu melengkapi, menjabarkan, menafsirkan, dan menjelaskan Al-Qur'an. Sirah Nabawiyah masuk dalam konsekuensi ini..!!!
Para ilmuan islam (Ulama terdahulu) telah menunjukkan teladan terbaik dalam hal verifikasi matan dan sanad hadits. Mereka telah mencetuskan aturan baku dan meletakkan dasar-dasar yang kuat dalam menjelaskan mana riwayat yang benar (haq) dan yang salah (bathil). ~ sekian nukilan, semoga bermanfaat. ~
(Dinukil dari Buku - Pengantar penerbit kitab -Ar-Rahiq Al-Makhtum.- Syaikh Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri. cet. Ummul Qura. hlm. xix-xx - oleh: Hendra Ibnibahrayni)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar