Rabu, 01 Januari 2020

Betapa Nikmat Hidup Dan Mati Bersama Ilmu

بسم الله الرحمن الرحيم

         Di antara contoh kesalahan terbesar tersebarnya fitnah (kerusakan), adalah: sebagian orang terlalu tergesa-gesa memberi penilaian.

         Baik berupa tuduhan, celaan, hinaan terselubung, meremehkan, juga kadang seseorang terlalu bermudah-mudahan (tergesa-gesa) dalam memberi julukan atau gelar-gelar yang mulia untuk disematkan kepada seseorang.

Contoh:
        Seseorang yang dilihatnya berpenampilah bak ulama, dia bilang Syaikh, seseorang yang berpenampilan seperti ustadz, dia panggil pak ustadz.

        Dan ada pula seseorang yang berpenampilan biasa-biasa saja dia bilang "ah abaikan sajalah dia, dia cuma seorang pembantu, miskin, anak bau kencur, pemalas, masih muda,...." dan lain sebagainya.   Akhirnya..., ketika kebenaran di sampaikan kepadanya (oleh orang yang dia anggap kecil) dia menolaknya, meremehkan orang dan yang semisalnya.

         Sementara, orang yang di ustadzkannya, yang di ulamakan tadi pun merasa bangga (karena merasa dimuliakan, padahal dia belum bahkan tidak pantas menyandang gelar mulia tersebut sebelum waktunya). setan akhirnya hanya nyengir melihat keadaan kalau sudah seperti ini, karena dia (setan) tidak perlu turun tangan lagi.

          Sebab, dia (setan) sudah tidak perlu capek-capek lagi menggoda manusia (akibat kebodohan yang masih dimiliki orang yang seperti ini), Setan tau bahwa manusia pun bisa menyesatkan manusia lainnya (dengan kondisi seperti hal yang disebutkan di atas).

            Maka dari itu, tidak lain hidup ini harus (bahkan wajib) punya ilmu... Betapa pentingnya ilmu bagi hidup seseorang, seseorang yang tidak mau mencari ilmu dia mungkin lebih buruk dari pada binatang... Binatang karena tak punya ilmu, hidupnya selalu tidak keluar dari tidur, bangun tidur, mencari rezeki untuk makan, makan, minum, berak, mandi, berjima', lihat kiri-lihat kanan, berkumpul-kumpul, kelahi, mengabaikan bunyi muadzin yang mengumandangkan adzan, apalagi mau sholat!? -maka kita sebagai yang Allah beri kelebihan dengan akal, bersyukurlah, berfikir dan renungkanlah tulisan ini, sebelum maut (mati) menjemput waktu usia kita- kembalilah kepada fitrah manusia yang sesungguhnya.

Al-Imam Ahmad bin Hanbal -rahimahullah- pernah berkata,
"Manusia sesungguhnya lebih membutuhkan ilmu agama daripada makanan dan minuman, Sebab makan dan minum dibutuhkan hanya sekali atau dua kali dalam sehari, tetapi ilmu itu dibutuhkan setiap saat." (maksudnya ketika kita sedang apa saja itu membutuh ilmunya)

           Ilmu itu pembeda antara kejahilan dengan kecerdasan dalam menilai sesuatu, seseorang yang berilmu maka dia akan dapat membedakan mana yang baik mana buruk, mana benar dan mana yang salah, mana bodoh dan mana yang cerdas.. dan seterusnya... tau dia.

          Tidak sampai disitu, bahkan dengan ilmu itu seseorang bisa membedakan mana diantara 2 mudhorot yang paling buruk mudhorotnya, dan dia juga bisa membedakan mana yang utama harus di dahulukan dari 2 maslahat yang lebih utama, begitu seterusnya... Wallahu a'lam.


_______________________
Penulis: al-faqir @ibnibahrayni

Kamis, 26 Desember 2019

Mandi dengan niat mengangkat hadast kecil tetap sah tanpa berwudhu lagi

Apabila seseorang mandi (biasa) tapi ia berniat sekalian untuk mengangkat hadats (hadats kecil mau pun besar) dari dirinya, maka mandinya itu insya Allah di anggap Sah tanpa perlu berwudhu lagi.

Referensi:
1. https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1411700005652501&id=100004375447627
2. https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1411800442309124&id=100004375447627

Simak penjelasan videonya di sini: https://youtu.be/1Ec-YavS6us

-Transkrip, Kata Syaikh-:

Beliau bertanya: apakah mandi itu sudah mencukupi seseorang untuk tidak berwudhu, atau tetap wajib wudhu?

- Adapun jika mandinya itu mandi janabah atau mandi jum'at, jadi ada sebab (yang membuatnya wajib mandi janabah)
Dalam keadaan ini para Ulama sepakat bahwa mandinya itu mencukupi dari wudhu (tidak perlu berwudhu lagi)

- jika mandinya itu memiliki sebab, seperti junub, atau mau shalat jum'at dan yang lainnya, dalam keadaan ini mandinya itu mencukupi dari wudhu (tidak perlu berwudhu lagi), berdasarkan ijma' para ulama. Dan bersamaan dengan hal itu para ulama mensunnahkan baginya untuk berwudhu sebelum mandi. Sebagaimana dalam petunjuk Nabi Muhammad -shalallahu 'alaihi wa sallam- jika dia tidak berwudhu sebelum mandi, itu pun juga sudah mencukupinya dari berwudhu.

- sesungguhnya perselisihan para Ulama adalah berkenaan dengan mandi (biasa), bukan janabah atau jum'ah, seperti seseorang yang mandi karena kebiasaan saja, atau hanya untuk membersihkan keringat. Misalnya dia sore hari mandi, membersihkan diri, dan dia niatkan untuk mengangkat hadats dengan mandi tersebut, dalam hal ini para ulama berselisih, mereka berkata mandi ini tidak memiliki sebab, tidak ada yang menyebabkan mandi, baik itu janabah atau jum'ah, dari sini para ulama berselisih apakah itu mencukupkan dari wudhu atau tidak, dan yang shahih adalah mencukupmkan dari wudhu, mereka berkata bahwa barangsiapa yang membasahi seluruh badannya dengan air, maka tidak perlu berwudhu lagi, terlebih lagi untuk orang yang berpendapat seperti Imam Malik dan Abu Hanifah, bahwasanya tertib bukan syarat dari wudhu.

- Jadi yang shahih bahwa mandinya telah mencukupkan dia dari wudhu (tidak perlu wudhu lagi).

- Sebagianulama berpendapat bahwa itu tidak mencukupkan dari wudhu, jadi dia tetap harus berwudhu.

- Sedangkan yang benar adalah mandi itu mencukupkan dari berwudhu, karena perkara ini termasuk dalam bab masuknya perkara kecil ke dalam perkara besar, yaitu wudhu maduk ke dalam mandi.

Jadi yang shahih adalah bahwa mandi itu mencukupkan wudhu, meskipun tidak ada sebab yang mewajibkannya mandi.

_____________________
(Syaikh Utsman al-Khumais hafizhahullahu Ta'ala)

Wallahu a'lam.

Jumat, 06 Desember 2019

Sudahkah Kita Ikhlas Dalam Menuntut Ilmu?

Faidah Dari Al-Ustadz Ahmad Zainuddin. Lc -hafizhahullah-


Adab pertama [IKHLAS]
- Seorang Penuntut ilmu agama harus IKHLAS

Ustadz berkata:
Ikhlas adalah Hendaknya engkau tidak menuntut atas amal ibadahmu seorang yang melihatmu kecuali Allah, dan tidak mencari atas amal ibadahmu seorang yang memberi ganjaran, pahala, hadiah, kecuali Allah. Itulah ikhlas

Maka ketika seseorang ikhlas dalam menuntut ilmu maksudnya adalah,
- Dia meniatkan di dalam dirinya untuk mengangkat kebodohan darinya dan mengangkat kebodohan dari orang lain. Itulah ikhlas dalam menuntut ilmu agama.

- Dia tidak ingin ada yang melihatnya, tidak menuntut ada yang melihatnya, kecuali Allah.

- Dia tidak menuntut ada yang memberikan ganjaran hadiah, sanjungan, penghargaan, pujian, kecuali Allah.

Itu ikhlas di dalam beramal termasuk di dalam menuntut ilmu agama.

- Apabila seorang menuntut ilmu agama bukan karena ikhlas tapi karena ingin mendapatkan dunia maka yang ada adalah bencana baginya.

- Sebagaimana dalam hadits riwayat imam Ahmad, Nabi Muhammad Shalallahu'alaihi wasallam bersabda,
"Siapa saja yang belajar sebuah ilmu (agama) yang semestinya di tuntut (karena) wajah Allah, tetapi dia tidak menuntutnya kecuali karena ingin mendapatkan perhiasan dari dunia maka niscaya dia tidak mendapatkan bau surga pada hari kiamat.

- Orang yang yang ikhlas nanti dia akan jauh dari sifat suka popularitas.

- Orang yang ikhlas dalam menuntut ilmu agama dia tidak ingin di kenal oleh orang, bahwasanya dia seorang penuntut ilmu agama.

- Dia juga kalau ikhlas dalam menuntut ilmu agama, dia tidak ingin untuk terlihat di atas dari kawan-kawannya sesama penuntut ilmu agama.

- orang yang ikhlas dalam menuntut ilmu agama dia jauh dari ingin di puji oleh manusia.

- Dia jauh ingin di acungi jempol oleh manusia.
- Dia jauh ingin agar orang-orang melihat kepadanya dengan wajah yang takjub.
Dia jauh dari perkara-perkara tersebut. Penuntut ilmu agama jauh dari hal-hal tersebut.

Ustadz Ahmad Zainuddin beliau berkata:
"Ada perkataan menarik yang di sebutkan dari Syaikh Bakr Abu Zaid -rahimahullahu-, ketika Syaikh berbicara tentang ikhlas, beliau berkata,
- "Orang yang ikhlas dalam menuntut ilmu agama, dia tidak ingin popularitas. (terkenal sebagai penuntut ilmu agama)

- kalau kalangan dari ustadz dia tidak ingin harus terkenal di sosial media, dimana-mana, dimintai photo orang. Ini tanda orang tidak ikhlas.

Ustadz Ahmad Zainuddin hafizhahullah juga berkata:
"Ada perkataan menarik yang disebukan di dalam kitab ash-showarin Wal Asinnah yg di tulis oleh Abu Madiyan as-sinqithi as-Salafiy, bahwa:
- "Ketergelincirnya seorang yang berilmu karena dia suka ditumpuki dengan genderang (artinya terkenal) biasanya orang-orang yang terkenal itu banyak kekeliruan.

Maka hati-hatilah para ikhwan yang di rahmati Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Ada lagi perkataan Sufyan ibn Masruq Ats-Tsaury -rahimahullahu Ta'ala- sebagaimana yang di sebutkan di dalam kitab Tazkiratus Sami' Wal Mutakallim:
- "Dulu, aku sangat mudah memahami al-Qur'an, tapi ketika sudah aku mulai terkenal, di cabut pemahamanku terhadap Al-Qur'an tersebut." Ini hati-hati.

- Para penuntut ilmu, maka jahui sifat tidak ikhlas.
- salah satu bentuk sifat tidak ikhlas adalah dia senantiasa menginginkan terkenal, popularitas, penuntut ilmu dekat dengan ustadz, dan semisalnya.

Sebagaimana perkataan Sufyan bin Sa'id bin Masruq Ats-Tsauri rahimahullah dinukil di dalam kitab al-Jami' li adabi rawi wa akhlaqi Sami'
- "Tidak ada sesuatu pun yang paling sulit aku mengobatinya, dibandingkan Niatku, karena ia selalu berbolak-balik."

Umar bin Abi Dzar berkata kepada bapaknya (ibnu Dzar):
- "Wahai bapakku, mengapa jika seandainya engkau memberikan nasehat (kepada manusia) masuk ke dalam (relung) hati mereka? (sampai-sampai mereka menangis), tetapi jika selain engkau memberikan nasehat mereka tidak menangis. Maka sang bapak (ibnu Dzar) mengatakan, "Wahai anakku, bukanlah tangisan yang berasal dari dalam lubuk hati itu seperti yang di sewa. Semoga Allah Subhanahu wa Ta'ala memberikan petunjuk kepada engkau."

- Maka perhatikan baik-baik Niat tak kala kita menuntut ilmu agama.

___________________
#faidah: Merujuk Kitab Hilyah Tholibil 'Ilmi, Syaikh Bakr Abu Zaid Rahimahullah

♻ Silakan disebarluaskan
═══ ¤❁✿❁¤ ═══
Faidah Dari Al-Ustadz Ahmad Zainuddin. Lc -hafizhahullah-

Penulis: al-Faqir @ibnibahrayni

Selasa, 03 Desember 2019

KONSEKWENSI BERIMAN KEPADA NABI MUHAMMAD ﷺ

KONSEKWENSI BERIMAN KEPADA NABI MUHAMMAD ﷺ

- Persaksian kita beriman kepada Rasulullahi ﷺ itu memiliki konsekwensi (tuntutan)
- Atau kewajiban yang harus kita penuhi dari keimanan tersebut. Kita meyakini Nabi Muhammad ﷺ Nabi yang di utus, Nabi terakhir yang membawa ajaran agama Islam.

Apa saja konsekwensi-konsekwensi (tuntutan) yang wajib kita penuhi?

🔰1. Membenarkan apa pun yang dikhobarkan dan diberitakan oleh Nabi Muhammad ﷺ.

- Baik yang Beliau katakan itu bisa di cerna dengan akal atau pun tidak bisa di cerna dengan akal kita.

- selama yang datang dari Beliau itu shahih, kita wajib membenarkannya, (dan juga berarti itu mengimaninya)

🔰2. Melaksanakan semua yang Beliau Perintahkan semampu kita.

- "Apa pun yang datang dari Rosul maka ambillah dia, apa pun yang di larang oleh Beliau maka tinggalkanlah." (Surat al-Hasyr ayat 9)
- Baik perintah tersebut hukumnya wajib, maupun perintah-perintah tersebut hukumnya (sunat/dianjurkan)

🔰3. Meninggalkan semua yang Rasulullahi ﷺ larang.

- Baik larangan itu haram mau pun makruh.
- Tak kala larangan itu Haram, wajib kita meninggalkannya.
- Tak kaka larangan tersebut makruh, kita akan mendapatkan pahala meninggalkannya. (Berpahala meninggalkan yang makruh-makruh)

🔰4. Kita tidaklah beribadah kepada Allah, kecuali lewat apa yang Nabi Muhammad ﷺ syari'atkan.

- Inilah yang kita ikrarkan: "Wa Anna Muhammadan Rasulullah."
- Bahwasanya Nabi Muhammad adalah utusan Allah.
- Beliaulah yang menjelaskan agama Allah (Agama Islam) ﷺ kepada umatnya.
- Kepada beliaulah di turunkan Al-Qur'an.
- Dan ucapan Beliau semuanya adalah Wahyu.
- "Tidaklah Muhammad itu kata Allah berbicara dengan hawa nafsunya, tetapi itu adalah wahyu yang di wahyukan kepadanya." (Lihat: Surat An-Najm ayat 3 & 4)

- Bahkan Rosul ﷺ juga pernah mengatakan, "Tidak ada satu pun lafadz yang keluar dari lisanku, kecuali itu adalah KEBENARAN."

- Kita dalam beribadah, dalam berkeyakinan atau beraqidah harus mengikuti apa yang telah di jelaskan oleh Rasulullah ﷺ. Semuanya, atau boleh milih-milih, (kata ustadz)? Jawabannya: "Semuanya..." - (Dalilnya surat Al-Baqoroh ayat 208) "Masuklah kalian ke dalam agama Islam, secara Kaffah." Artinya seluruhnya, (agar sempurna ke Islamannya)
- Kita tidak boleh tebang pilih dalam beragama, semuanya harus kita laksanakan semampu kita.
- karena agama ini telah sempurna.
- Masalah apa pun yang ingin kita ketahui hukumnya itu lelah di jelaskan di dalam agama islam.

- >>> "ini adalah kewajiban dasar bagi kita semuanya, kita harus meyakini Agama kita, agama Islam adalah agama yang telah sempurna, dan satu-satunya Agama yang akan terus di jaga oleh Allah, kitabnya di jaga Oleh Allah, Agamanya di jaga oleh Allah." <<<

- Di dalam Surat Al-Maidah ayat 3 Allah berfirman yang artinya,
"Pada hari ini telah AKU (Allah) Sempurnakan bagi kalian Agama kalian untuk Kalian."

- Rasulullah ﷺ juga mengatakan, (menjanjikan bahwa Agama Islam ini akan tetap terjaga)
"Akan sesantiasa ada sekelompok manusia, "ZHOHIRIINA 'ALAL HAQQ," Senantiasa berdiri tegak di atas kebenaran, tidak akan memudhorotkan mereka tipu daya musuh-musuh Islam, sampai datang perkara dari Allah." (yaitu sampai dekatnya hari Qiamat)

- Agama ini akan akan terus Allah jaga, tidak akan ada orang yang bisa mengalahkan Islam.

🔰5. Rosul itu adalah ABDULLAH wa ROSULUHU.

- Kata Rosul ﷺ: "Janganlah kalian ghuluw (berlebih-lebihan) menyanjungku, (memujiku) sebagaimana kaum Nashrani itu berlebih-lebihan menyanjung Nabi 'Isa, sehingga mereka menjadikannya anak Tuhan. Tetapi katakanlah "INNII ABDULLAH, WA ROSUULUHU." (Hamba Allah dan utusanNYA)
- Maksud kata abdun (abdullah) maksudnya tidak boleh di ibadahi.
• Apa itu ibadah?
- Ibadah itu adalah semua yang Allah cintai dan Allah Ridho'i.
- Bisa dari ucapan, perbuatan, atau perbuatan hati, (cinta, harap, takut -penj) atau perbuatan anggota badan.
- Semua ibadah tidak boleh kita berikan kepada Rosul, semua hak untuk di ibadahi hanya untuk Allah.
-karena orang yang beribadah kepada Rosul, berdo'a kepada Rosul, mereka telah berbuat SYIRIK.

- Maksud kata ROSUULUHU (Utusan Allah) adalah "Laa Ykadz-dzab." Maksudnya: kita tidak boleh mendustakan Beliau ﷺ.
- kita tidak boleh mengingkari apa pun yang beliau bawa (syari'atkan/ajarkan).

✔️ Itulah kewajiban kita terhadap Rasulullahi ﷺ. Wallahu a'lam

_________
Faedah kajian
Bersama Ustadz Abu Salim Dede Nuriman hafizhahullah
SENIN, 6 RABI'UL AKHIR 1441 H
2 DESEMBER 2019
AL-WUSTHO | TEBAS

♻️ Silakan share

Sabtu, 30 November 2019

Faedah Tanya Jawab Dengan Ustadz tentang faedah hadits berpegang teguhlah kepada Sunnahku dan Sahabatku

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Ahsanallahu' ilaika ya ustadz

Mau nanya ustadz.

Apa salah satu faedah hadits rasulullah yg berbunyi "Berpegang teguhlah kepada Sunnahku, dan sunnah sahabatku?"

Apakah benar ini termasuk faedahnya:
1. ketika ada orang berbicara bertentangan dengan hadits² Nabi dan atsar² para sahabat yg sah, maka tinggalkan pendapat² tersebut.

2. Agar kita selamat dari kesesatan.

Baarakallahu fiik ustadz

Jawaban ustadz:

Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh

Ringkasnya makna berpegang teguh dengan sunnahku dan sahabatku:

1. Jika sahabat telah bersepakat dalam sebuah perkara dalam agama (tidak ada perbedaan antara mereka) maka itu kita jadikan pegangan, pijakan dalam beragama juga walaupun orang-orang setelah mereka berselisih. Contohnya masalah : Bahwa Allah Maha Tinggi diatas segala makhluk (Istiwa') diatas Arsy-Nya maka kita wajib berpegang dengan keyakinan ini karena mereka (Shahabat) telah sepakat dalam keyakinan ini, walaupun sebagian orang berselisih bahkan mengingkarinya.

2. Jika diantara sahabat ada yg  berbeda pendapat dalam sebuah sunnah Nabi maka kita teliti barangkali diantara sahabat yg berbeda pendapat ada yg belum mengetahui tentang sunnah Nabi itu sehingga ia mengingkarinya. Maka dalam hal ini kita memilih pendapat yg lebih mendekati sunnah Nabi tersebut.

3. Para sahabat berbeda pendapat dalam satu perkara namun masing-masing sedang berusaha menjalankan satu sunnah yg sama maka dalam hal ini ada kelonggaran bagi kita dalam memilihnya.

Ini ringkasannya saja

Wallahu A'lam

_____________
Dijawab oleh ustadz Abu Ahmad Rafi'i hafizhahullah

Jumat, 29 November 2019

ADAB SEBELUM BERTANYA KEPADA GURU

Faedah kajian

Ustadz berkata,
Sebenarnya kitab "Syarah hilyah Tholibil ilmi" ini (karya Syaikh Utsaimin -rahimahullah-) adalah tulisan dari muridnya, jadi murid beliau ini menulis apa yang di sampaikan oleh syaikh Ibnu Utsaimin ketika mensyarah kitab Hilyah Tholibil ilmi, kemudian tulisan tersebut dilihatkan kepada Syaikh ibnu Utsaimin, yang mana yang bagus, artinya tulisan itu lengkap, setelah itu di beri izin oleh Syaikh untuk di kumpulkan dan di cetak.

ADAB SEBELUM BERTANYA KEPADA GURU.

- Janganlah seorang bertanya (kepada seorang guru) kecuali dia izin terlebih dahulu, dan ini adalah suatu yang baik, apa bila bertanya maka dengan pelan, lembut, Alhamdulilah ini adalah termasuk suatu adab yang baik, ada sebagian yg lain (sebelum bertanya kepada Syaikh/guru) mengatakan "Ahsanallahu ilaika ya Syaikh." -mendo'akan gurunya- (Syaikh Ibnu Utaimin -rohimahullah-)

- jadi sebelum bertanya mereka mengatakan "Ya Syaikh Ahsanallahu ilaika." (artinya: "Ya Syaikh, semoga Allah memperbaiki urusan syaikh.") Dan lain sebagainya, boleh juga kita mengucapkan doa yg lainnya (ketika hendak bertanya) contoh seperti, "Ustadz, semoga Allah menjaga ustadz." Atau "Semoga Allah memberkahi ustadz, atau "Baarakallahu fiikum ustadz" atau "semoga Allah memberkahi umur ustadz" dsb, Dan ini adalah termasuk adab bertanya kepada guru kita. (Ustadz Arwi hafizhahullah)

______________________
Faedah kajian Kitab Syarah Hilyah Tholibil Ilmi.
Bersama ustadz Arwi Fauzi Asri -Hafizhahullah-
_______________________
♻️ Faedah ini telah mendapat izin untuk di share. Silahkan share. Semoga bermanfaat.

ISLAM dan SUNNAH

"ISLAM adalah SUNNAH, dan SUNNAH adalah ISLAM."

Faedah kajian bersama al-Ustadz Syamsidar Mahyan Su'ud -hafizhahullah-

Islam adalah Sunnah, dan Sunnah adalah Islam
- ungkapan ini di ambil dari perkataan dari seorang Ulama yang bernama Abu Muhammad Hasan bin Ali bin Khalaf al-Barbarahari -rahimahullahu Ta'ala- dalam kitab Syarhus Sunnah.

- al-Imam al-Barbarahari adalah seorang Ulama besar di zamannya, seorang Ulama bermadzhab Hambali.

- al-Imam al-Barbarahari adalah murid dari al-Imam al-Marwazib.
- al-Imam al-Marwazib adalah murid dari al-Imam Ahmad bin Hanbal.
- al-Imam Ahmad bin Hanbal adalah murid dari al-Imam asy-Syafi'i.
- Imam Syafi'i adalah murid dari al-Imam Malik.
- Imam Malik adalah murid dari Imam Naafi'.
- Imam Naafi' adalah murid seorang Sahabat bernama Abdullah bin 'Umar -Radhiyallahu Ta'ala 'anhu-
- dan Sahabat Abdullah bin 'Umar adalah Murid Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam- dan Rasulullah shalallahu'alaihi wasallam mendapatkan wahyu dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.

- al-Imam al-Barbarahari secara keilmuan bersanad menyambung dan tersambung kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam.

- Kitab beliau Syarhus Sunnah menjadi rujukan oleh para Ulama, kemudian kitab beliau ini disanjung dan di puji isi dari kitab beliau ini, karena isinya sangat baik, lurus, dan sesuai dengan al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam.

- Diawal-awal kitab beliau Syarhus Sunnah al-Imam al-Barbahari beliau mengatakan, dengan perkataan:
اعلموا -رحمك الله-
"Ketahuilah, (Wahai kalian kaum muslimin) -mudah-mudahan Allah merahmati kalian-
اعلموا أن الإسلام هو سنة، و السنة هي الإسلام
Bahwasanya Islam itu adalah Sunnah, dan Sunnah itu adalah Islam.

- Ustadz berkata, ini penegasan dari beliau, penegasan yang menunjukkan dan membuktikan bahwasanya Islam itu adalah Sunnah, dan Sunnah itu adalah Islam.

لا يقوم أحد هما إلا بالاخر
- (al-imam al-Barbarahari berkata) "Tidak akan pernah tegak, (tidak akan pernah diamalkan, tidak akan bisa di ketahui dan di ilmui) dari salah satu keduanya (baik itu Islam mau pun Sunnah) kecali harus dibarengkan (di sertai) dengan yang lainnya.

- (kata ustadz) Tidak akan pernah tegak Islam seseorang, kecuali harus dengan Sunnah, Tidak akan pernah benar Sunnah (seseorang mengamalkan Sunnah) kecuali dengan (tuntunan) Islam yang dia pelajari dan dia ketahui.

- Ungkapan ini adalah merupakan ungkapan kesimpulan, untuk menyatukan semua prinsip yang mendasar dalam Islam.

- Artinya kalau kita bicara Islam berarti kita bicara Sunnah, kalau kita bicara Sunnah berarti kita juga membicarakan tentang Islam.

- karena Sunnah dan Islam tidak bisa dipisahkan, apalagi kalau seandainya di bedakan antara Islam dengan Sunnah, karena dia adalah Satu badan.

لا يقوم أحد هما إلا بالاخر

- (ustadz menjelaskan kembali) Islam itu tidak bisa di amalkan kecuali kita harus belajar Sunnah. Bagaimana kita akan bisa mengamalkan Islam kalau kita tidak faham Sunnah?

Apa yang dimaksud Sunnah yang dibahas pada kajian ini maksudnya?

- Ulama ahli hadits kata mereka, "Segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad shalallahu 'alaihi wassalam baik Qoul (ucapan) Nabi, fi'li (perbuatan) Nabi, takrir (Persetujuan) Nabi Shalallahu 'alaihi wasallam, termasuk juga sifat beliau, itulah makna Sunnah menurut Ulama ahli hadits.

- Disisi Ulama ahli Ushul, (menurut Ulama Ushul) Sunnah itu adalah Sumber kedua setelah Al-Qur`an dalam mengambil hukum.

- Maka dari itu kalau kita ingin mengamalkan Islam maka kita harus belajar Sunnah.

- Apa yang datang dari Rasulullah dari ucapan beliau, perbuatan beliau, dari persetujuan beliau, dan juga dari sifat beliau, maka dengan mempelajari Sunnah ini apa yang datang dari Nabi maka baru kita akan bisa mengamalkan Sunnah atau mengamalkan Islam, tanpa itu tidak bisa.

- Tanpa mempelajari Sunnah yang datang dari Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam maka islam seseorang tidak akan pernah benar.

- Oleh karena itu, di sebutkan oleh Syaikh Sholeh al-Fauzan -Hafizhahullahu Ta'ala- beliau mengatakan,
(Ketika al-Imam al-Barbarahari mengatakan dengan ungkapan)

 لا يقوم أحد هما إلا بالاخر
(Laa yaquumu ahadu humaa illaa bil akhor)

"Tidak akan pernah tegak salah satu diantara keduanya (Islam dan Sunnah) kecuali harus disertai dengan yang lain." Itu menunjukkan kata syaikh, Kalau seandainya seseorang ingin mengamalkan Islam maka dia harus belajar Sunnah, kalau dia ingin mengamalkan Sunnah maka dia harus mengkaji Islam secara dalam.

- Dan bila seseorang mengaku beragama Islam tapi dia tidak belajar Sunnah, "falaisa bi muslimin.." (maka dia bukan orang islam yang sebenarnya)

- Karena ciri khas orang islam itu mempelajari Sunnah, yang datang dari Rasulullahi Shalallahu 'alaihi wasallam.

______________
Faedah kajian:
Kamis (malam Jum'at) 3 Rabi'ul Akhir 1441 H atau bertepatan dengan Tanggal 28 November 2019 | Dimasjid Jami' al'Wustho | Tebas

√ Faedah yang telah dikoreksi dan di izinkan ustadz untuk disebarkan.

♻️ Silahkan Share, dan semoga bermanfaat.