Minggu, 14 Juli 2019
Ikhlaskanlah Niat Dalam Berdakwah Karena Nabi Saja Ada Yang Tidak Punya Pengikut
#Nabi Saja Ada Yang Tidak Punya Pengikut.
“MasyaAllah, pasti Ustadz tenar ni, followernya banyak sekali”
“Ini baru ustadz yang bener, followernya aja segitu banyaknya”
Sebagian (kecil) ustadz dan aktifis dakwah ada yang tujuan utamanya adalah menjadi terkenal dan mengumpulkan massa, pengikut atau follower. Tentunya agar lebih mudah menggandeng follower dan meraih massa dengan cepat harus tahu apa yang “diinginkan oleh pasar”. Karenanya tidak heran kalau ustadz yang agak laku sekarang adalah:
– ustadz yang bisa melucu, kalau bisa melawak yang membuat terpingkal-pingkal walaupun wibawa jatuh
-ustadz yang bisa nyanyi juga kalau perlu
-ustadz yang, ehem agak ganteng dan muka menjual sedikit
-ustadz yang doyan cerita-cerita yang membuat takjub, merasa aneh, pintar memotivasi walaupun bahannya ceramah tidak Islami
-dll
Dan yang perlu kita perhatikan bersama adalah, keberhasilan dakwah bukan dengan banyaknya pengikut atau banyaknya yang berhasil kita dakwahi. Akan tetapi bukan berarti juga ustadz atau aktifis dakwah yang banyak diikuti adalah sesat. Akan tetapi cara dan niatnya yang perlu diperhatikan.
Berikut sedikit pembahasan mengenai hal ini.
#Ada nabi yang tidak punya follower/pengikut sama sekali
Keberhasilan dakwah bukan dilihat dari banyaknya pengikut, jika tolak ukurnya adalah keberhasilan dalam segi jumlah, maka nabi yang hanya punya pengikut satu orang atau tidak punya pengikut sama sekali bisa dibilang dakwahnya gagal.
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallampernah bersabda,
مَا صُدِّقَ نَبِيٌّ (مِنَ الأَنْبِيَاءِ) مَا صُدِّقْتُ، إِنَّ مِنَ الأَنْبِيَاءِ مَنْ لَمْ يُصَدِّقْهُ مِنْ أُمَّتِهِ إِلاَّ رَجُلٌ وَاحِدٌ
“Tidaklah seorang Nabi (dari para Nabi) dibenarkan sebagaimana aku dibenarkan, sesungguhnya diantara para Nabi ada yang tidak dibenarkan oleh ummatnya kecuali hanya oleh satu orang.”
~ as-Silsilah ash-Shahihah 1/684
#Bahkan ada yang tidak punya pengikut sama sekali.
Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
…عرضت علي الأمم، فرأيت النبي و معه الرهط، والنبي و معه الرجل والرجلان والنبي ليس معه أحد
“Diperlihatkan kepadaku umat-umat, lalu aku melihat seorang Nabi bersamanya ar-rahth (sekelompok orang yang terdiri dari 3-10 orang), dan seorang Nabi bersamanya seorang dan dua orang, dan seorang Nabi tidak ada bersamanya seorangpun…..” [HR. Bukhari dan Muslim]
Syaikh Al-Albani rahimahullah berkata,
وفي الحديث دليل واضح على أن كثرة الأتباع وقلتهم ، ليست معيارا لمعرفة كون الداعية على حق أو باطل ، فهؤلاء الأنبياء عليهم الصلاة والسلام مع كون دعوتهم واحدة ، ودينهم واحدا ، فقد اختلفوا من حيث عدد أتباعهم قلة وكثرة
“Kandungan hadits menunjukkan dalil yang tegas bahwa banyak dan sedikitnya pengikut bukanlah tolak ukur untuk mengetahui apakah seorang dai di atas kebenaran atau di atas kebatilan. Mereka para nabi saja, dakwah dan agama mereka satu (sama), akan tetapi berbeda dalam jumlah pengikut mereka.”
~ as-Silsilah ash-Shahihah 1/684
#Banyaknya jumlah bukanlah tolak ukur kebenaran
Bahkan jumlah yang banyak dan kata-kata banyak dalam syariat mayoritasnya kurang baik. Jika kita mengikuti kebanyakan manusia maka kita bisa “terpleset”.
Allah Ta’ala berfirman :
وَمَا أَكْثَرُ النَّاسِ وَلَوْ حَرَصْتَ بِمُؤْمِنِينَ
“Dan tidaklah kebanyakan manusia itu beriman, walaupun kamu sangat menginginkannya.” (QS. Yusuf ayat 103)
Dan firman Allah Ta’ala,
وَ إْن تُطِعْ أَكْثَرَ مَنْ فِي الأَرْضِ يُضِلُّوْكَ عَنْ سَبِيْلِ اللهِ
“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang di muka bumi Ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah.“ (Qs. Al-An’am ayat 116)
Ibnu Katsir rahimahullah berkata menafsirkan,
يخبر تعالى عن حال أكثر أهل الأرض من بني آدم أنه الضلال، كما قال تعالى: {ولقد ضل قبلهم أكثر الأولين} [الصافات: 71]
“Allah memberitakan bawah keadaan mayoritas penduduk bumi dari anak Adam adalah dalam kesesatan (tidak mendapat petunjuk yang benar) sebagaimana pula firman Allah “Sungguh Telah sesat juga kebanyakn orang sebelum kalian.” (Qs. as-Shaffat ayat 71)
~ Tafsir Ibni Katsir 3/322, Darut Thayyibah, 1420 H, syamilah
Demikian semoga bermanfaat
Penulis: Ustadz. Raehanul Bahraen hafizhahullah
@gedung Radiopoetro, FK UGM, Yogyakarta tercinta
__________________________
Copas dari: https://bit.ly/2YO4aOG dengan sedikit penyusunan ulang oleh Hendra Ibnibahrayni
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar