Minggu, 05 Mei 2019

Akhlak Salafus Sholih

Shahabat radhiyallaahu 'anhum ajma'in, mereka adalah
orang-orang yang paling baik akhlaknya setelah Rasulullah shallallaahu
'alaihi wasallam.

Di antara akhlak Salafush Shalih radhiallaahu 'anhum yaitu:

1. Ikhlas dalam ilmu dan amal serta takut dari riya'.

2. Jujur dalam segala hal dan menjauhkan diri dari sifat dusta.

3. Bersungguh-sungguh dalam menunaikan amanah dan tidak khianat.

4. Menjunjung tinggi hak-hak Allah dan Rasul-Nya shallallaahu 'alaihi
wasallam.

5. Berusaha meninggalkan segala bentuk kemunafikan.

6. Lembut hatinya, banyak mengingat mati dan akhirat serta takut
 terhadap akhir kehidupan yang jelek (su'ul khatimah).

7. Banyak berdzikir kepada Allah Ta'ala dan tidak berbicara yang sia-
sia, tersenyum kepada sesama muslim.

8. Tawadhu' (rendah hati) dan tidak sombong.

9. Banyak bertaubat, beristighfar (mohon ampun) kepada Allah baik
siang maupun malam.

10. Bersungguh-sungguh dalam bertakwa dan tidak mengaku-ngaku
sebagai orang yang bertakwa, serta senantiasa takut kepada Allah.

11. Sibuk dengan aib diri sendiri dan tidak sibuk dengan aib orang lain
serta selalu menutupi aib orang lain.

12. Senantiasa menjaga lisan mereka, tidak suka ghibah (tidak
menggunjing sesama muslim)

13. Pemalu(*), malu ini adalah akhlak Islam sebagaimana sabda Rasulullah
shallallaahu 'alaihi wasallam:
● "Sesungguhnya setiap agama mempunyai akhlak dan akhlak Islam
adalah malu." [Hasan: HR. Ibnu Majah (no. 4181) dan ath-Thabrani dalam Mu'jamul Shaghir (l/13-14,
cet. Darul Fikr) dari Shahabat Anas bin Malik radhiallaahu 'anhu. Lihat: Silsilah al-Ahaadits
ash-Shahiihah (no. 940)]
Dan sabda Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam:
● "Malu itu tidak mendatangkan melainkan semata-mata kebaikan." [Shahih: HR. Al-Bukhari (no.6117) dan Muslim (no. 37 (60)) dari Shahabat Imran bin
Husain radhiallaahu 'anhu]

14. Banyak memaafkan dan sabar kepada orang yang menyakitinya (QS. Al-A'raaf: 199)

15. Banyak bershadaqah, dermawan, menolong orang-orang yang susah, tidak bakhil/tidak pelit.

16. Mendamaikan orang yang bersengketa. Mendamaikan perselisihan
adalah kebajikan yang terbaik dan puncak kebajikan.

17. Tidak hasad (dengki, iri), tidak berburuk sangka sesama mukmin.

18. Berani mengatakan kebenaran dan menyukainya. [Diringkas dan disadur dari Makaarimul Akhlak fi Dhau-il Qur-aanil Kariim was Sunnatish Shahihah al-Muthahharah, oleh Syaikh Salim bin 'Ied al Hilali, cet. II/ Daar Ibnul Qayyim, th. 1412 H, Wajiiz fii 'Aqidatis Salafish Shalih (hlm. 200-206), oleh 'Abdullah bin 'Abdul Hamid al-Atsary, cet. II/Darur Rayah, th. 1422 H dan Min Akhlaqis]

Keterangan:
(●) Hadits
(*) Malu adalah akhlak yang mulia, yang tumbuh untuk meninggalkan perkara-perkara yang
jelek sehingga menghalangi seseorang dari perbuatan dosa dan maksiat, serta menegahnya
darl melalaikan kewajban memenuhi hak orang-orang yang mempunyai hak. Lihat al-Haya' fi
Dhau-il Qur-aan al-Kari wa Ahaadits ash-Shahiihah oleh Syaikh Salim bin 'Ied al-Hilali,
cet. 1408 H. Maktabah Ibnul Jauzy.

✎ Copas dari e-Book yang berjudul "MULIA DENGAN MANHAJ SALAF" (BAB 8 – Bagian Kesembilan) oleh Hendra Ibni Bahrayni.

Silahkan share semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar